Minggu, 22 Juni 2014

JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER PEDAGOGI

1.  Proses belajar yang kelompok sudah lakukan, adalah pengajaran bahasa Inggris pada anak-anak SD kelas 4-5 SD. Mengapa kelompok memilih pengajaran tersebut? karena Kemampuan bahasa Inggris sudah seharusnya diajarkan dan digunakan sejak dini. Dengan terbiasanya anak-anak dalam menggunakan bahasa Inggris secara komprehensif, saya dan kelompok berharap kemampuan tersebut menjadi modal yang sangat membantu di masa depan. Kelompok menggunakan cara mengajar yang menyenangkan agar anak didik lebih mudah menyerap pengajaran. Pada proses belajar yang sudah dilakukan oleh saya dan kelompok, kami melakukan pengajaran dengan mentransformasikan bahan ajar kepada peserta didik yang pada prosesnya terjadi interaksi antara pengajar dan peserta didik sebagai wujud dari bentuk seni dari mengajar. N.L. Gage mengemukakan 3 unsur dari seni mengajar, yaitu Intuisi yang merupakan pemikiran dan ide yang menjadi dasar landasan dari pengajaran. Yang kedua adalah Ekspresi. Ekspresi adalah bagian dari komunikasi dari pengajar pada peserta didik. Hal ini terjadi untuk menghindari pengajaran yang monoton, serta dimaksudkan untuk meningkatkan minat peserta didik untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan pengajar. Dan yang terakhir adalah improvisasi yaitu kemampuan dari pengajar untuk mengubah, menambah, atau mengurangi materi dari pengajaran sesuai dengan kondisi yang ada (Hal. 6 buku Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi)
2. Menurut teori Multivarian model (hal 65 buku Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi), ada 5 varian dari pedagogi transformatif, yaitu model jaringan integratif, model pembelajaran ekspansif, model penciptaan pengetahuan, model praktik komunitas, dan model bangun pengetahuan. Model-model ini memiliki kesamaan karena sifatnya menunjukkan integrasi pembelajaran dengan sistematik dan menurut pada konteks sosial. jika dikaitkan dengan peran pribadi pada saat pengajaran bahasa inggris, ada beberapa hal yang menurut saya integratif dengan teori. Misalnya pada model ekspansif, saya berusaha untuk berbahasa inggris di depan siswa, agar pengetahuan mereka mengenai apa yang bisa mereka capai di masa depan bisa terlihat. Dengan kata lain mereka dapat mengembangkan kemampuan mereka. Lalu dengan model praktik komunitas, saya dan kelompok mencoba membuat games yang melibatkan komunitas siswa tersebut seperti mengenal satu sama lain, dan bermain tebak-menebak. Pada model bangun pengetahuan, saya mencoba membantu siswa membangun pengetahuannya sendiri dengan vocabulary-vocabulary yang akan sering digunakan mereka di masa depan. Sedangkan dalam model penciptaan pengetahuan, saya menciptakan serangkaian kata dalam introduction sehingga mereka dapat mudah mengadaptasi, seperti: i live at... akan lebih mudah disebut dari pada "my address is at..”. lalu pada akhirnya ini akan membuat jaringan integratif dimana mereka akan mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapatkan secara holistik.
3. Pada pembahasan kenikmatan belajar (hal 118 buku Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi), saya mendapatkan fakta tentang bagaimana perjuangan pengajar mendapatkan kelas yang optimal dan kontributif. Juga ada interaksi antar kelompok, adanya feedback, penggunaan media dan TIK yang optimal, dan hubungan setiap individu dengan kebutuhannya atas pendidikan. Jika ditelaah, di mata kuliah Pedagogi sangat sarat dengan TIK dan media. terbukti dengan pemberian komentar terhadap kelompok presentasi menggunakan media Facebook. Kemudian interaksi antar kelompok juga terlihat baik-baik saja, dimana kebanyakan presentasi biasanya akan di beri tambahan dan saran. Namun jika dilihat dari sisi bagaimana feedback mahasiswa dan kontribusi mahasiswa di kelas ini, cenderung submisif, sehingga adalah hal yang tepat untuk pengajar dengan memberikan energizer dan beberapa pengajaran yang variatif. overall, saya merasa mata kuliah pedagogi ini sudah mencapai kesuksesan dimana saya dan saya yakin mahasiswa lain, telah mendapatkan kenikmatan belajar.

Sabtu, 12 April 2014

HASIL WAWANCARA PENGAJAR (TUGAS INDIVIDU MATA KULIAH PEDAGOGI)






NAMA                        :           RM Afif Handri Nabawi
NIM                            :           111301108
MATA KULIAH        :           PEDAGOGI
TUGAS                       :           Mewawancarai Guru


BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
            Pendidikan merupakan mekanisme penting untuk mencapai tujuan pembangunan. Dalam proses transisi menuju masyarakat ekonomi berbasis TIK semakin dirasakan kebutuhan akan penciptaan dan desiminasi pengetahuan. Pada era transisi ini, sekolah dan lembaga pendidikan tinggi harus bermetamorfosis agar tidak mengalami kemunduran di tengah-tengah tekanan yang makin kompetitif. Jika tidak, sekolah dan perguruan tinggi akan tertinggal akan kemjuan ekonomi berbasis pengetahuan.
            Guru, sama seperti manusia biasa, juga memiliki keunikan tersendiri, baik dalam filosofinya, pendekatan serta motivasinya dalam mengajar. Guru merupakan unsur terpenting dalam pedagogi dan juga dalam pendidikan dasar dimana siswa sangat membutuhkan bimbingan dan supervisi langsung serta kontrol yang baik dari guru. Guru memiliki kebutuhan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan baik dalam hal mendidik yang disepadani dengan nilai-nilai agama dan membentuk suasana belajar yang menyenangkan. Pedagogi yang efektif menggabungkan alternatif strategi pembelajaran yang mendukung keterlibatan intelektual, memiliki keterhubungan dengan dunia yang lebih luas, lingkungan kelas yang kondusif, dan pengakuan atas keberadaan penerapannya pada semua pelajaran.
            Istilah pedagogi tidak hanya berkaitan dengan strategi atau gaya mengajar dalam makna interaksi guru siswa semata, melainkan mengalami perluasan makna, karena berkaitan dengan tanggung jawab guru untuk melampaui peran tradisional mereka, memperluas ruang lingkup kerja mereka dalam berpartisipasi aktif untuk kemajuan pengetahuan, serta peran yang diberikan kepada TIK untuk bertindak sebagai mediasi artefak munculnya sistem jaringan pendidikan, mendukung kolaborasi secara peer-to-peer, termasuk otonomi pembelajaran dan rasa bertanggng jawab untuk belajar.
Pengalaman dan cara guru dalam menyampaikan materi juga menjadi salah satu hal yang menarik untuk diperhatikan. Dari mulai kesabaran dan juga trik dalam mengatasi kelas sangat diperlukan terutama di abad 21 yang serba instan. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa dibutuhkan tenaga pengajar yang mumpuni di bidangnya, agar tidak terjadi pelanggaran etika atau kurangnya kemampuan generasi bangsa. Pada akhirnya guru memegang peranan penting dalam pembentukan individu dan pembentukan negara secara luas.

B.     Tujuan
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data yang menggambarkan beberap hal penting seperti pandangan guru tentang pendidikan, motivasi apa  yang mendasari guru mengajar, bagaimana sudut pandangnya sebagai guru dalam melihat peserta didik, apa filosofinya dalam mengajar, dan pendekatannya dalam mengajar pada seorang guru SD yang memiliki pengalaman mengajar lebih dari 5 tahun.

C.     Manfaat
·         Mengembangkan pengetahuan mengenai apa yang terjadi dan proses pengajaran pengajar
·         menemukan fakta lapangan mengenai aplikasi teori pedagogi
·         membantu penelitian mengenai pendidikan dan tenaga pengajar


BAB II
HASIL WAWANCARA

A.    
A.     Identitas Guru
Nama                           =          LI
Usia                             =          41 tahun
Jenis Kelamin              =          Perempuan
Pendidikan                  =          S1 – Pendidikan seni musik di Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Masa Mengajar            =          2002 - sekarang
Tempat Mengajar        =          SD Yayasan Pendidikan Harapan 1 Medan
Pengajar                      =          Guru seni musik

B.     Kegiatan Wawancara
Tempat            =          Rumah Ibu LI (Jl. Bunga Asoka No.46)
Tanggal           =          Selasa, 08 April 2014
Waktu             =          13.30 – 14.00 WIB

C.     Hasil Wawancara

      Bagaimana pandangan Ibu LI tentang pendidikan?
Pendidikan adalah hal yang terpenting dalam pembentukan bangsa. Berpikirlah logis, gimana mau ada politikus, ahli ekonomi, bahkan presiden sekalipun kalau tidak ada pendidikan? Itulah kenapa sejak dari kecil kita memang sudah harus tanam pemikiran, kalau kita mau jadi orang, ya harus pintar, kalau mau pintar yang harus punya pendidikan. kenapa? karena jaman sekarang, orang yang tidak berpendidikan tidak akan jadi apa-apa. Intinya pendidikan itu dasar kita untuk menjadi sesuatu.

Bagaimana pandangan Ibu LI tentang pendidikan di Indonesia?
      Saya merasa banyak orang di Indonesia, apalagi orang tua justru sekarang menyepelekan yang namanya pendidikan. Dulu, ya tidak mengapa orang tua banting tulang sana sini, asal anaknya sekolah. Sekarang, ya anak-anak pada manja. Mereka merasa pendidikan itu ya tidak lebih dari sekedar formalitas. Yang penting sekolah, lulus, dapat ijazah, kerja. Tapi esensi dari nikmatnya mendapat ilmu itu sekarang sudah hilang.\

Apa motivasi yang mendasari Ibu LI dalam mengajar?
Saya memang dasarnya suka berbagi dan bercerita. Apalagi saya guru musik. Saya merasa mengajar music itu ya menyenangkan. Kita mendorong siswa untuk kreatif. Lagipula saya memang mengambil kompetensi untuk pengajaran. Saya mengerti bagaimana cara menyampaikan informasi, dan saya nyaman sama pekerjaan saya yang sekarang ini.

Bagaimana pandangan Ibu LI sebagai pengajar dalam melihat siswa?
      Murid-murid sekarang itu kaku! Mereka kebanyakan tidak ekspresif seperti anak-anak dulu. sekarang mereka justru sibuk dengan handphonenya (mungkin yang dimaksud adalah gadget –ed) Mereka juga jarang bekerja sama, lebih individual. Siswa sekarang juga etika-nya juga sudah kurang. Lihatlah, mungkin karena sekarang memukul siswa tidak boleh lagi, ya sekarang mereka jadi serasa leluasa. Tidak ada kedekatan sama sekali. Namun saya juga merasa kalau anak-anak sekarang pintar dan cepat adaptasi. Mereka manja namun nilai mereka di atas kertas cukup baik.

Apa filosofi Ibu LI dalam mengajar?
 Rasa filosofi mengajar tiap guru itu berbeda ya. Saya rasa ya mengajar itu seperti seni. Tiap hari tidak sama, kita harus pandai menyesuaikan kondisi dengan materi belajar kita. Intinya ya mengajar itu tidak sembarangan. Butuh pengalaman dan kesabaran.

Bagaimana cara pendekatan Ibu LI dalam mengajar?
Saya biasanya tidak terlalu kasar pada siswa saya. Tapi kalau mereka mulai kelewatan ya saya juga tidak segan memarahi mereka. Tapi mungkin karena saya mengajar musik, ya mereka fun-fun saja sama saya. Saya memang suka mencontohkan materi dulu sebelum mengajar. Baru setelah itu mereka mengikuti. Sebenarnya kedengaran mudah, tapi sulit kalau dipraktikkan langsung.

BAB III
PEMBAHASAN

            Pengajaran adalah teknik dan metode kerja guru dalam mentransformasikan konten pengetahuan, merangsang, mengawasi, dan memfasilitasi pengembangan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berhasil. Ini dapat terlihat dari hasil wawancara mengenai pandangan ibu Nu terhadap pendidikan.
            Dari hasil wawancara dapat ditemukan beberapa hal menarik yang dapat dikaitkan dengan teori dan pembelajaran dalam pedagogi. Pada dasarnya, pendangan mengenai pendidikan dari Ibu LI  termasuk pandangan yang cenderung berorientasi pada perbandingan masa kini (abad 21) dan beberapa waktu yang lalu. Misalnya “Saya merasa banyak orang di Indonesia, apalagi orang tua justru sekarang menyepelekan yang namanya pendidikan. Dulu, ya tidak mengapa orang tua banting tulang sana sini, asal anaknya sekolah. Sekarang, ya anak-anak pada manja. Mereka merasa pendidikan itu ya tidak lebih dari sekedar formalitas. Yang penting sekolah, lulus, dapat ijazah, kerja. Tapi esensi dari nikmatnya mendapat ilmu itu sekarang sudah hilang.” Hal ini membuktikan bahwa ada dinamika perubahan dalam mengajar secara pedagogi.
            Pada dasarnya, pedagogi pada abad 21 tidak lagi hanya sekedar “seni”, namun sudah menjadi bentuk persuasi dan pemahaman ulang atas penggunaaan kurikulum yang berdasarkan pada kebutuhan siswa. Garis besarnya, pedagogi bukan hanya dipahami, namun juga di aplikasikan sehingga menjadi satu keutuhan yang konkret. Di zaman yang sudah serba instan dan cepat, siswa justru membutuhkan pengajaran yang sangat mereka pikir penting dan dapat diaplikasikan secara efektif dalam kehidupan mereka.          
            Lalu dari segi metode mengajar, terdapat beberapa strategi pengajaran yang digunakan oleh Ibu LI, seperti konsep punishment untuk mendapatkan kontrol atas siswanya agar lebih teratur. Ini dapat dilihat pada jawaban Ibu LI  yaitu : “Saya biasanya tidak terlalu kasar pada siswa saya. Tapi kalau mereka mulai kelewatan ya saya juga tidak segan memarahi mereka. Tapi mungkin karena saya mengajar musik, ya mereka fun-fun saja sama saya.”. metode mengajar ialah cara menjalankan berbagai langkah dalam pengajaran. Teknik yang digunakan oleh guru akan menjadikan pengajaran itu lebih bermakna dan baik. Seseorang guru harus pandai menggunakan teknik supaya murid lebih berminat dan timbul motivasi untuk belajar. Dalam setiap pengajaran seharusnya terdapat berbagai cara dan teknik yang boleh digunakan, namun begitu tidak ada satu teknik pun yang dianggap paling sesuai dan dapat digunakan untuk semua keadaan atau terbaik untuk semua sesi pengajaran. Teknik yang digunakan hendaklah bergantung kepada keadaan dan berdasarkan kepada minat pelajar serta bahan pengajaran yang hendak disampaikan.
           

BAB IV
KESIMPULAN

Pedagogi adalah seni mengajar, namun dari pemaparan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa dinamika perubahan zaman serta cara dalam mengajar juga mempengaruhi eksistensi dari pedagogi itu sendiri. Pada dasarnya, dibutuhkan kesabaran, pengalaman, dan profesionalitas untuk dapat menghasilkan siswa yang berkualitas. Pada akhirnya, esensi dari pedagogi sebagai salah satu seni dalam mengajar akan tercapai dengan adanya kolaborasi antara teori dan praktik yang dituangkan dalam metode tertentu dalam mengajar.

BAB V
SARAN

            Saran untuk guru yang telah diwawancarai, adalah untuk tetap beradaptasi kepada keadaan yang cenderung fluktuatif, karena dapat dilihat bahwa Ibu LI cenderung membandingkan masa lalu dan dinamika masa kini. Untuk penulis sendiri diharapkan agar mampu memberikan pertanyaan yang lebih komprehensif agar informasi lebih kaya dan deskriptif serta elaboratif.

DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. 2013. Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta