Kamis, 20 Maret 2014

Rahasia Pengajar dalam Konteks Andragogi (Tips Sukses Mengajar Orang Dewasa)


1.Empathy : merasakan apa yang dirasakan peserta, melihat situasi sebagai mana mereka melihatnya., berada dan bersatu dengan peserta.

2. Kewajaran : bersikap jujur, apa adanya, wajar, terus tarang, konsisten, terbuka.

3.Respek : mempunyai pandangan positif terhadap peserta, mengkomunikasikan kehangatan, perhatian, pengertian ; menerima orang lain dengana penghargaan penuh ; menghargai perasaan, pengalaman, dan kemampuan mereka. 

4. Komitmen dan Kehadiran : menghadirkan diri secara penuh ; siap menyertai   kelompok dalam segala keadaan.

5. Mengakui Kehadiran Orang Lain : tidak menonjolkan diri, mengakui adanya orang lain,

6. Membuka diri : menerima keterbukaan orang lain, dan secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain, mengenalkan diri kepada kelompok.

Sikap pembimbing dewasa yang dipandang sesuai dengan karakteristik orang Indonesia (Lunandi, 1993 : 19) yaitu:
1. Tidak menggurui : sikap menggurui dapat dirasakan oleh peserta sebagai meremehkan. Misalnya ucapan ”Anda salah, mestinya begini”.
2.  Tidak menjadi ahli, tidak terpancing untuk menjawab semua pertanyaan.
3.  Tidak memutus bicara.
Jika ada pertanyaan yang bertele-tele, pembimbing bisa mengatakan ”Kawan-kawan sudah ingin mengetahui inti pertanyaan anda”
4.   Tidak berdebat.
5.   Tidak deskriminatif.
6.   Variasi (kegiatan tidak menonton).
7.   Pandangan (menyeluruh).
8.   Tangan (jangan tolak pinggang, jangan dimasukkan dalam saku celana, dll).
9.   Langkah (tidak mondar-mandir).
10.  Senyum (merupakan tanda kemarahan dan keakraban dengan peserta).
11.  Pakaian (rapi, tidak jauh berbeda dengan peserta).

Sumber: iraatikazahra.blogspot.com

Andragogi, Pemenuhan Kebutuhan Orang Dewasa untuk Belajar


  1. Pendidikan Berkelanjutan (Continuing Education), yang mempelajari pengetahuan dan keterampilan lanjutan sesuai dengan perkembangan kebutuhan belajar pada diri orang dewasa. Pendidikan berkelanjutan ini ditujukan pada kegiatan untuk meperbaiki dan meningkatkan kemampuan pengetahuan, dan keterampilan serta profesi, sehingga dapat dijadikan fasilitas dalam peningkatan diri dan produktivitas kerja. Misalnya Pelatihan-pelatihan, Penataran, dan Lokakarya.
  2. Pendidikan Perbaikan (Corrective Education), adalah kesempatan belajar yang disajikan bagi orang dewasa yang mulai memasuki usia tua dengan tujuan agar mereka dapat mengisi kekurangan pendidikannya yang tidak sempat diperoleh pada usia muda. Kursus-kursus pengetahuan dasar termasuk pemberantasan tuna aksara, latihan berorganisasi, dan keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan dan usaha.
  3. Pendidikan Populer (Popular Education), adalah kesempatan belajar yang disediakan bagi orang dewasa dan orang tua dengan tujan agar mereka dapat mengenal perubahan dan variasi dalam kehhidupan sehari-hari. Misalnya pergaulan dengan orang lain, rekreasi, dan pendidikan yang berkaitan dengan kepuasan hidup.
  4. Pendidikan Kader, adalah kegiatan pendidikan yang diselenggarakan pada umumnya oleh lembaga, organisasi atau perkumpulan yang giat dibidang politik, ekonomi, kepemudaan, kesehatan, dll. Tujuannya untuk membina dan meningkatkan kemampuan kelompok tertentu yaitu kader, demi kepentingan, misi lembaga yang bersangkutan di masyarakat.
  5. Pendidikan Kehidupan Keluarga (Family Life Education), suatu cabang pendidikan orang dewasa yang kegiatannya berkaitan secara khusus dengan nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan kegiatan kehidupan keluarga. Tujuannya ialah memperluas dan memperkaya pengalaman anggota keluarga untuk berpartisipasi dengan terampil dalam kehidupan keluarga sebagai satu kesatuan kelompok. Misalnya : Hubungan dalam keluarga; pemeliharaan anak; kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat; dan pendidikan seks. 
Sungkono.blogspot.com 

Pendidikan Orang Dewasa, 'Abangnya' Andragogi


      Sebelum membahas pengertian pendidikan orang dewasa, perlu kiranya dijelaskan istilah pendidikan dan orang dewasa. Pendidikan diartikan usaha sadar untuk meyiapkan peserta didik melalui egitan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang (UUSPN No. 2 Tahun 1989 pasal 1 ayat 1). Usaha sadar dimaksudkan dengan adanya kegiatan perencanaan yang sistematis, penyelenggaraan yang terkoordinir, dan berjalan sesuai dengan perencanaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengertian lain bahwa penyelengaraan pendidikan orang dewasa tidak bersifat asal-asalan, dan tidak jelas arah yang akan dicapainya, tetapi justru diselenggarakan dengan mempertimbangkan kondisi tujuan yang akan dicapai, karakteristik bahan belajar, karakteristik orang dewasa, serta sarana penunjang penyelenggaraan kegiatan belajar, sehingga tujuan dapat dicapai secara tepat.
            Istilah dewasa mempunyai pengertian yang banyak. Menurut Knowles, orang dewasa tidak hanya dilihat dari segi biologis semata, tetapi juga dari segi sosial, dan psikologis. Dari segi biologis, seseorang dikatakan telah dewasa apabila ia telah mampu melakukan reproduksi. Secara sosial seseorang disebut dewasa apabila ia mampu melakukan peran-peran sosial yang biasanya diperankan kepada orang dewasa. Secara psikologis, seseorang dikatakan dewasa apabila ia telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil. Dengan demikian orang dewasa diartikan orang yang telah memiliki kematangan fungsi-fungsi biologis, sosial, dan psikologis dalam segi-segi pertimbangan, tanggung jawab, dan peran dalam kehidupan.
            Ditinjau dari segi umur, bahawa yang disebut dewasa itu dimulai sejak menginjak usia 21 tahun (meskipun belum menikah) atau sejak seseorang menikah (meskipun belum berusia 21 tahun). Menurut Hurlock, bahwa dewasa ditujukan pada usia 21 tahun untuk awa masa dewasa, dan sering pula dihitung sejak 7 atau 8 tahun setelah seseorang mencapai kematangan seksual atau sejak masa pubertas. Lebih lanjut Havighust membagi masa dewasa menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa awal 18 – 30 tahun, masa dewasa pertengahan 30 – 55 tahun, dan masa dewasa akhir 55 tahun lebih. 

Sumber: Sungkono.blogspot.com

Asumsi dalam Pengajaran Andragogi


Menurut Knowles, pendekatan yang bersifat andragogi dalam proses belajar mengajar, didasarkan kepada tiga tambahan asumsi sebagai berikut :
  1. Adults can learn (Orang dewasa dapat belajar)
Semula ada anggapan yang didasarkan pada laporan Thorndike yang menyatakan bahwa kemampuan untuk belajar seseorang menurun secara perlahan sesudah umur 20 tahun. Tetapi hasil studi yang dikemukakan oleh Irving Lorge menyatakan bahwa menurunnya itu hanya dalam kecepatan belajarnya dan bukan dalam kekuatan inteleknya.
Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa dasar kemampuan untuk belajar masih tetap ada sepanjang hidup orang tersebut, dan oleh karena itu apabila sesorang tidak menamplikan kemampuan belajar yang sebenarnya, hal ini disebabkan karena berbagai faktor seperti orang tersebut sudah lama meninggalkan cara belajar yang sistematik atau karena adanya perubahan-perubahan faktor fisiologik seperti menurunnya pendengaran, penglihatan dan tenaganya.
  1. Learning is an internal process (Belajar adalan suatu proses dari dalam)
Ada pandangan yang menyatakan bahwa pendidikan sebagai informasi yang dirtransmisikan dan melihat belajar sebagai suatu proses intelektual dalam menyimpan fakta-fakta. Asumsi yang tersembunyi dari pandangan ini adalah bahwa belajar dipandang sebagai proses yang bersifat ekstrenal, dalam arti peserta didik terutama ditentukan oleh kekuatan-kakuatan dari luar. Seperti guru yang terampil dan bahan bacaan yang bagus.
Pandangan di atas tidak seluruhnya benar. Pandangan baru menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses dari dalam yang dikontrol langsung oleh peserta sendiri serta melibatkan dirinya, termasuk fungsi intelek , emosi dan fisiknya. Belajar secara psikologis dipandang sebagai suatu proses pemenuhan kebutuhan dan tujuan. Ini berarti peserta merasakan adanya kebutuhan untuk melihat tujuan pribadi akan dapat tercapai dengan bantuan belajar.
Implikasi dari belajar mengajar orang dewasa dengan melihat belajar jadi proses dari dalam adalah metode atau teknik belajar yang melibatkan peserta secara mendalam akan menghasilkan belajar yang paling kuat. Prinsip pelibatan peserta secara aktif (partisipatif) dalam proses belajar merupakan inti dalam proses andragogik.
  1. Conditions of learning and principles of teaching (Kondisi-kondisi belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran)
Ada beberapa kondisi belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang perlu dianut dalam proses pembelajaran yang bersifat andragogik.  

 Sumber: Pendidikan Orang Dewasa dari Teori Hingga Aplikasi (Dr. Ir. Suprijanto)

Impilkasi dalam Andragogi: Sudah Cukup Dewasakah Kamu?


  1. Implikasi dari asumsi tentang konsep diri
  1. Iklim belajar, perlu diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa. à ruangan, peralatan, kerja sama yang saling menghargai.
  2. Peserta diikutsertakan dalam mendiagnosis kebutuhan belajarnya.
  3. Peserta dilibatkan dalam proses perencanaan belajarnya.
  4. Evaluasi belajar dalam proses belajar secara andragogik menenkankan kepada cara evaluasi diri sendiri.

  1. Implikasi dari asumsi tentang pengalaman
  1. proses belajar ditekankan kepada teknik yang sifatnya menyadap pengalaman, seperti diskusi, metode kasus, simulasi, latihan praktek, metode proyek, demonstrasi, bimbingan dan seminar.
  2. Penekanan dalam proses belajar pada aplikasi praktis.
  3. Penekanan dalam proses belajar adalah belajar dari pengalaman.

  1. Implikasi dari asumsi tentang kesiapan belajar
  1. Urutan kurikulum dalam proses belajar orang dewasa disusun berdasarkan tugas perkembangannya dan bukan disusun berdasarkan urutan logik mata pelajaran atau berdasarkan kebutuhan kelembagaan.
  2. Adanya konsep mengenai tugas-tugas perkembangan pada orang dewasa akan memberikan petunjuk dalam belajar secara kelompok.

  1. Implikasi dari asumsi tentang orientasi terhadap belajar
  1. Para pendidik orang dewasa bukanlah berperan sebagai seorang guru yang mengajar mata pelajaran tertentu, tetapi ia berperan sebagai pemberi bantuan kepada orang yang belajar.
  2. Kurikulum dalam pendidikan untuk orang bdewasa tidak diorientasikan kepada mata pelajaran tertentu, tetapi berorientasi kepada masalah.
  3. Oleh karena orang dewasa dalam belajar berorientasi pada masalah maka pengalaman belajar yang dirancang berdasarkan pula kepada masalah atau perhatian yang ada pada benak mereka.
 Sumber: Pendidikan Orang Dewasa dari Teori Hingga Aplikasi (Dr. Ir. Suprijanto)