Selasa, 21 Mei 2013

The General Adaptation Syndrome dan Coping Efektif-tidak Efektik


The General Adaptation Syndrome

The general adaptation syndrome adalah reaksi fisik pada stress dan kesehatan yang ditemukan oleh Hans Selye (seorang berkebangsaan kanada). Pada dasarnya adalah mobilisasi (gerakan-gerakan) dari tubuh untuk mengatasi ancaman, dikarakterkan melalui 3 pola tahapan yaitu Alarm reaction, The resistance stage, dan the exhaustion stage.

Alarm reaction:
adalah respon tubuh pada segala ancaman termasuk stress secara psikologi dan menggerakkan saraf symphatetic dari system saraf autonomi yang menambah detak jantung dan tekanan darah. Kelenjar endokrin memompa epinephrine dan hormone-hormon lain dalam tekanan darah. Hasilnya ketika stress berlanjut menghasilkan sakit perut sakit kepala dan perasaan akan ‘sakit’. Alarm reaction memiliki dua reaksi yaitu Reaksi tahap 1 (dimana individu pertama kali menghadapi stress tertentu) dan Reaksi tahap 2 (individu mengalami stress yang sebelumnya sudah pernah ia alami)

Resistance Stage:
Dalam Reaksi tahap di GAS, pertahanan (resistance) dari tubuh semakin kuat. Resistance stage biasanya adalah cara tubuh menghadapi stress, dimana ketika pada tahap dua tubuh sudah mulai terbiasa menghadapi stress (misalnya pada pekerja lapangan). Namun pada reaksi tahap 1 tubuh akan kurang bisa menghadapi stress dan akan cenderung mencari sumber hormone dalam tubuh sehingga cenderung zat-zat dalam tubuh akan berkurang.

Exhaustion Stage:
Jika stress berlanjut, maka sumber-sumber zat dalam tubuh akan terus berkurang dan pertahanan melawan stress justru akan semakin rendah. Hal ini juga dapat menyebabkan kematian. Efek psikologis pada dasarnya jarang menjadi sebab kematian, namun memperparah fungsi-fungsi tubuh (misalnya pada kasus hysteria) Exhaustion stage juga berhubungan dengan “emotional exhaustion” ketika coping atau penyelesaian masalah gagal dilakukan.

Coping / penyelesaian masalah yang efektif:

Removing/Reducing Stress (mengurangi atau menghilangkan stress)
Ketika individu sulit untuk lulus dalam suatu mata kuliah, nila ia melakukan tindakan yang bermaksud untuk menghadapi stress tersebut maka pada akhirnya stress akan hilang. Misalnya dalam kasus kelulusan, individu yang cenderung bertanya pada senior, belajar secara teratur pada mata kuliah itu dan meminjam buku sebagai referensi akan cenderung lebih dapat menyelesaikan masalah dan mengurangi tingkat stress.

Cognitive Coping:
Dalam Cognitive coping terdapat reappraisal dimana seseorang merubah cara mereka berpikir untuk mengatasi stress. Misalnya pada artist local Indonesia yang album pertama mereka sukses namun album keduanya sangat tidak laku di pasaran. Maka sang musisi menjadi stress. Namun seorang musisi internasional memeberikannya pencerahan bahwa sebenarnya kegagalan pada album sekuel adalah hal yang biasa terjadi. Maka sang musisi tadi merubah caranya berpikir dan berpersepsi bahwa ini sebenarnya hanyalah tantangan untuk dirinya agar bisa sukses secara konstan.

Managing stress reaction
Ketika seseorang sangat stress maka ia boisa mengalihkan stress atau menekannya dengan melakukan hal-hal yang menyenangkan. Misalnya seorang mahasiswa yang stress pada ujian akhir semester bisa bermain dengan teman-temannya atau bermain saxophone untuk melepas stressnya dan kemudia kembali semangat belajar.

Coping / penyelesaian masalah yang tidak efektif

Withdrawal
Kabur dari permasalahan atau menghindar atau setidaknya mencari kegiatan yang berbau menghindar dari stress secara eksplisit bukanlah hal yang baik. Misalnya ketika seorang mahasiswa tidak mengerti mata kuliah dan tidak dapat mengerjakan tugas ia malah tidak kuliah pada mata kuliah tersebut. Hal ini mempersepsikan dirinya bahwa kabur adalah hal yang dapat ditoleran.

Agresi
Ketika ada wanita yang berusaha mendapatkan seorang pria namun pria tersebut tidak terlalu memperhatikannya, pada suatu momen wanita tersebut malah berubah menjadi kasar pada pria tersebut. Hal ini disebut agresi dimana timbul reaksi negative (biasanya emosi negative) pada individu saat menghadapi stress.

Self Medication
Anak yang mengalam broken Home cenderung lebih banyak yang terikat dengan kasus narkoba. Rokok obat-obatan dan alcohol dianggap sebagai cara ampuh untuk bisa menyelesaikan atau setidaknya melupakan masalah. Misalnya ketika seorang mahasiswa yang tidak lulus-lulus dari S1 nya, maka ia pergi ke Entrance setiap malam untuk minum alcohol dengan harapan bisa mengurangi stressnya.

Defense Mechanism
Menurut freud ada beberapa defense mechanisms yaitu displacement, sublimation, projection, reaction formastion, regression, rationalization, repression, denial, intellectualization.
Seseorang yang dimarahi atasannya kemudian pada saat ia pulang kerja memarahi istrinya adalah bentuk displacement.
Seseorang yang mengatakan ia tidak marah namun dengan suara yang membentak adalah bentuk dari denial.

0 komentar:

Posting Komentar