Selasa, 14 Mei 2013

Metode Pengajaran Sekolah untuk Anak Berkebutuhan Khusus


SLB-A (Tuna Netra)
A.   Metode Pengajaran
1.      Metode Ceramah
Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena dalam pelaksanaan metode ini guru menyampaikan materi pelajaran dengan penjelasan lisan dan siswa mendengar penyampaian materi dari guru.

2.      Metode Tanya Jawab
Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena metode ini merupakan tambahan dari metode ceramah yang menggunakan indera pendengaran.

3.      Metode Diskusi
Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena mereka dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan diskusi itu karena dalam metode diskusi kemampuan daya pikir siswa untuk memecahkan suatu persoalan lebih diutamakan. Dan metode ini bisa diikuti tanpa menggunakan indera penglihatan.

4.      Metode Sorogan
Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra karena adanya bimbingan langsung dari guru kepada anak didik dan seorang guru dapat mengetahui langsung sejauh mana kemampuan anak didiknya dalam memahami suatu materi pelajaran.

5.      Metode Bandongan
Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra Inti karena guru memberikan penjelasan materi kepada anak didik tidak secara perorangan. Metode ini merupakan kebalikan dari metode sorogan.Tunanetra dapat mengikuti metode ini, karena metode ini dapat diikuti dengan tanpa menggunakan indera penglihatan.

6.      Metode Drill
Metode ini dapat diterapkan kepada siswa tunanetra jika materi yang disampaikan dan media yang digunakan mampu mendukung mereka untuk memahami materi pelajaran.


B.   Fasilitas
Alat bantu menulis huruf Braille (Reglette, Pen dan mesin ketik Braille); alat bantu membaca huruf Braille (Papan huruf dan Optacon); alat bantu berhitung (Cubaritma, Abacus/Sempoa, Speech Calculator), serta alat bantu yang bersifat audio seperti tape-recorder. Guru yang mengajar di sekolah tersebut juga merupakan guru yang telah diberikan pelatihan khusus untuk menangani anak tunanetra.

C.   Mekanisme Pengajaran
Waktu belajar yang diterapkan dalam 1 mata pelajaran adalah 40 menit dan waktu istirahat selama 15 menit.

D.   Tujuan pembelajaran
·         Menjadikan murid lebih terampil dalam membuat sesuatu.
·         Menjadikan murid lebih mandiri dalam menghadapi suatu permasalahan.
·         Diharapkan murid lebih dapat bersosialisasi terhadap lingkungan di sekitarnya.



E.   Manajemen kelas
Gaya penataan kelas yang digunakan dalam sekolah ini adalah gaya seminar atau bentuk U karena guru dapat duduk di tengah-tengah murid dan dapat berinteraksi langsung dengan murid dengan cara duduk berhadapan dengan murid. Gaya manajemen kelas yang diterapkan adalah gaya manajemen kelas otoritatif karena gurulah yang mengontrol langsung materi yang diberikan dalam kegiatan belajar mengajar dan perilaku murid.

SLB Bagian B (Tuna Rungu)
A. Metode Pengajaran
            Metode pengajaran yang paing tepat untuk digunakan di sekolah SLB B yang saya miliki adalah TCL (teacher centered learning). Saya memilih menggunakan metode ini karena saya berpikir anak-anak yang memiiki kekurangan mental apabila kita biarkan dan menyuruhnya belajar secara mandiri maka yang terjadi adalah anak tersebut akan bermain-main dengan temannya. Dengan pembelajaran yang berpusat pada guru maka murid yang memiliki kekurangan tadi dapat di bimbing oleh guru dalam melaksanankan pembelajaran di kelas. Selanjutnya guru tinggal focus pada perilaku murid, mengarahkan para murid. Yang dimaksud dengan mengarahkan adalah member pujian kepada anak yang melakukan suatu kebaikan dan melarang murid ketika dia melakukan sesuatu yang buruk.

B. Fasilitas
            Saya akan membuat fasilitas yag sesuai dengan permediknas tahun 2008 tentang sarana dan pra sarana SLB yang berkategori SLB b yaitu:
1.      Ruang bina komunikasi dan persepsi bunyi dan irama
2.      Ruang bina persepsi bunyi dan bicara
3.      Ruang keterampilan
Dan beberapa fasilitas tambahan yang saya sediakan adalah:
1.      Ruang kelas
2.      Gedung sekolah yang dapat digunakan sebagai pusat pembelajaran
Selain itu saya juga akan menyediakan alat bantu yang daoat digunakan anak tuna rungu, seperti:
1.      Audiometer
Alat ini untuk mengukur taraf kehilangan pendengaran seseorang
2.      Hearing Aids
Alat ini diguakan anak tuna rungu untuk medengar,baik secara individu maupun kelompok
3.      Tape Recorder
Mengontrol hasil ucapan yang direkam
4.      Spatel
Alat bantu untuk membetulkan posisi bicara
5.      Audio Visual
Audio visual seperti film, video, televise.
6.      Cermin
Digunakan sebagai alat bantu dalam mengucapkan sesuatu dengan artikulasi yag baik.
C. Mekanisme Pembelajaran
            Pada dasarnya pendidikan anak tuna rungu dibagi dua yaitu:
1.      Segregrasi
2.      Integrasi
Sistem segregrasi adalah system pembelajaran yang terpisah dari penyelenggaraan pendidikan anak mendengar normal.sedangkan integrasi adalah system yang memberikan kesempatan pada anak tuna rungu untuk belajar bersama anak normal lainnya. Jadi saya pikir saya lebih menyukai system pembelajaran segregasi. Dan saya akan mengguanakan system tersebut di skolah saya. Karena saya pikir, apabila anak tuan rungu digabungkan dengan anak normal saya takut anak tuanrungu akan di asingkan atau dikucilkan. Sehingga dia akan mengalami tekanan mental dan akan mengakibatkan hal yang buruk terjadi pada perkembangan jiwanya.
Selain di dalam kelas saya juga akan mengajarkan anak-anak tuna rungu dengan menggunakan fasilitas yang ada. Sehingga secara perlahan kemampuan mereka akan meningkat.

D. Tujuan Pembelajaran
            Tujuan dari pembelajaran di sekolah saya adalah:
1.      Membantu anak tuna rungu dalam mengembangkan kemampuan mereka
2.      Membantu tuna rungu agar tidak tertinggal
3.      Memberi mereka kesempatan dalam berkarya
4.      Membantu memulihkan pendengaran mereka menggunakan fasilitas yang ada
5.      Memberi tahu mereka bahwa mereka tidak sendiri dan mereka memiliki teman
6.      Mengajarkan mereka tentang kehidupan
7.      Memberi mereka pengetahuan yang dapat digunakan untuk masa depan mereka
8.      Memotivasi mereka agar selalu bersemangat dalam menjalani hidup

E. Manajemen Kelas
            Manajemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles,2002;Everstone, Emmer, & Worsham, 2003). Jadi saya akan menggunakan manajemen kelas yang se efektif mungkin, mungin dengan cara memperkejakan seorang guru yang membimbing dan menata kegiatan kelas bukan guru yang hanya menekankan pada disiplin. Dan untuk selanjutnya saya akan mendesain lingkungan fisik kelas. Ada beberapa hal yang akan saya perhatikan dalam mendesain lingkingan fisik kelas, yaitu:
1.      Mengurangi kepadatan di tempat lalu lalang
2.      Memastikan guru dapat mlihat semua murid
3.      Materi pengajaran dan pembelajaran murid mudah di akses
4.      Murid harus bisa melihat guru yang menjelaskan pelajaran di depan kelas
Dan gaya penataan kelas yang saya gunakan di dalam kelas adalah gaya auditorium. Saya  memilih gaya ini karena penataan ini membatasi kontak murid tatap muka dan guru bebas bergerak kemana saja. Ini akan membantu guru dalam mengawasi  seluru kelas. Dan untuk selanjutnya saya akan berusaha menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran. Caranya adalah saya akan menjelaskan beberapa hal kepada murid sebelum pelajaran di mulai, yaitu:
1.      Mengajarkan aturan dan prosedur
2.      Menjalin hubungan yang positif dengan murid
3.      Mengajak murid untuk berbagi dan mengemban tanggung jawab
4.      Memberi hadiah pada perilaku yang tepat

F. kesimpulan
            Apabila kita ingin membuka SLB yang berkategori B harus ada beberapa hal yang harus dipenuhi. kita tidak boleh begitu saja membuka sekolah tanpa mengikuti aturan yang ada. Sarana dan prasarana harus lah memenuhi standar yang ada. Di dalam proses pembelajaran fasilitaas yang disediakan sekolah merupakan hal sangat penting dalam proses pembelajaran. Menajemen yang baik dalam kelas akan memaksimalkan proses pembelajaran.

SLB – C (TUNAGRAHITA)
Tunagrahita
Tunagrahita adalah keadaaan keterbelakangan mental, keadaan ini dikenal juga retardasi mental (mental retardation). Retardasi mental adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yng ditandai dengan lemahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ-nya di bawah 70) dan sulit beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Ciri utama retardasi mental adalah lemahnya fungsi intelektual. Selain intelegensinya rendah anak retardasi mental juga sulit menyesuaikan diri dan berkembang. Sebelum muncul tes formal untuk menilai kecerdasan, orang reterdasi mental di anggap sebagai orang yang tidak dapat menguasai keahlian yang sesuai dengan umurnya dan tidak merawat dirinya sendiri.
Retardasi mental dapat diklasifikasikan menjadi beberapa tipe :
1.      Retardasi mental ringan ( IQ 55-70)
Individu dengan retardasi mental ringan dapat mengembangkan kemampuan akademiknya hingga kelas 5 atau 6 sekolah dasar.

2.      Retardasi mental moderat ( IQ 40-54 )
Individu dengan kategori retardasi mental moderat dapat mengembangan keahlian seperti merawat diri, pertahanan diri dan sebagainya. Dapat berkembang hingga kurang lebih umur 7 tahun pada anak normal.

3.      Retardasi mental berat ( IQ 25-39 )
Individu dengan kategori ini sangat membutuhkan bantuan orang lain dalam kehidupannya sehari-hari.

4.      Retardasi mental parah ( IQ < 25 )
Individu dengan retardasi mental parah memerlukan perawatan yang lebih lanjut.

            Dalam Sekolah Luar Biasa khusunnya SLB-C untuk tunagrahita anak-anak dengan retardasi mental dapat digolongkan  menjadi dua tipe :
1.      Educabel
pada kategori ini anak-anak yang bersekolah adalah yang mampu didik atau yang disebut dengan anak-anak dengan retardasi mental ringan. Mereka dapat dididik sampai dengan kelas 5 atau 6 sekolah dasar dan dapat dimasukkan pada sekolah SLB-C.

2.      Trainable
Kategori Trainable atau mampu latih dapat diberikan pada anak-anak dengan retardasi mental moderat, yang bisa dilatih merawat dirinya sendiri, pertahanan diri, cara makan, minum, dan mandi, dan dapat juga dilatih untuk berkerja agar dapat mencari nafkah sendiri nantinya. Sekolah Luar biasa untuk kategori ini adalah SLB-C1.

B.   Rancangan Sekolah untuk Anak Tunagrahita

Agar anak-anak dengan retardasi mental ini dapat bersekolah dan menerima pendidikan yang baik dan sesuai untuk kebutuhan mereka ada beberapa kategori yang dapat digunakan :
A.   Metode Pengajaran
·         SLB-C
Untuk anak SLB-C atau mampu didik metode pengajaran yang dapat digunakan adalah metode ceramah oleh guru seperti pada tingkat Sekolah Dasar lainnya. Dalam hal ini guru menerangkan materi yang diajarkan. Setelah itu guru dapat melakukan tanya jawab dengan murid sehingga murid lebih mampu untuk mengerti apa yang diajarkan. Guru juga bisa menggunakan alat peraga untuk beberapa pelajaran agar anak lebih tertarik untuk belajar dan mampu untuk mengingat lebih baik materi pembelajarannya. Setiap minggunya juga dapat dibuat pelaporan kinerja sehingga guru dapat mengetahui perkembangan anak secara baik juga memberikan reward bagi anak yang berkembang dengan baik dan disiplin dalam kelas.

·         SLB-C1
Untuk anak SLB-C1 atau mampu latih metode pengajaran yang dapat digunakan adalah ceramah secara efektif dengan menggunakan kontak mata yang baik, isyarat, juga suara yang jelas. Guru dapat membangun komunikasi yang baik dengan murid sehingga murud merasa nyaman saat belajar. Karena mereka merupakan murid yang mampu didik maka harus disediakan berbagai alat untuk menunjang pembelajaran mereka.

B.   Mekanisme Pengajaran
·         SLB-C
Mekanisme pengajaran yang dapat diterapkan bisa sama dengan anak Sekolah Dasar pada umumnya. Bisa digunakan waktu 30-35 menit untuk setiap mata pelajarannya. Yaitu dengan 20 menit ceramah oleh guru dan 10 menit tanya jawab dengan siswa.

·         SLB-C1
Pada kelas ini mekanisme yang digunakan dapat digunakan waktu 120 menit. Dimana 15 menit pertama guru akan memperkenalkan alat, 30 menit selajutnya guru akan memperagakan keterampilan yang akan dilatih. 75 menit kemudian para peserta didik akan memperaktekkan keterampilan tersebut dan dibantu dengan guru.

C.   Managemen Kelas
·         SLB-C
-          Gaya Penataan
Dapat digunakan gaya seminar yaitu gaya susunan kelas dimana sejumlah besar murid duduk berbentuk lingkaran, persegi, atau bentuk U. Pada gaya ini guru akan lebih mudah untuk menjangkau murid-muridnya sehingga guru lebih mudah mengetahui apa yang dilakukan murid dan mengetahui apakah murid sudah mengerti atau tidak.
-          Stategi Umum
Dapat digunakan gaya otoritatif yaitu melibatkan murid dalam kerja sama give and take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Sehingga mereka mampu untuk berkerja sama dengan teman, tidak cepat puas, dan berusaha mencapai penghargaan tertinggi.

·         SLB-C1
-          Gaya Penataan
Dapat digunakan gaya klaster yaitu gaya susunan kelas dimana sejumlah murid berkerja dalam kelompok kecil. Pada gaya penyusunan kelas ini anak dapat berusaha untuk mengerjakan keterampilan mereka secara bersama-sama. Atau dapat juga digunakan gaya off-set yaitu gaya susunan kelas dimana sejumlah murid duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain. Gaya ini dilakukan apabila guru ingin menguji murid satu per satu dengan keterampilan yang mereka miliki yang membutuhkan konsentrasi sehingga mereka tidak saling mengganggu satu sama lain.
-          Strategi Umum
Dapat digunakan gaya otoritatif juga yaitu melibatkan murid dalam kerja sama give and take dan menunjukkan sikap perhatian kepada mereka. Sehingga mereka mampu untuk berkerja sama dengan teman, tidak cepat puas, dan berusaha mencapai penghargaan tertinggi.


D.   Tujuan Pembelajaran
·         SLB-C
-          Mengembangkan kemampuan akademik peserta didik secara optimal agar dapat mandiri dalam kehidupan.
-          Menyiapkan peserta didik agar memiliki dasar-dasar kecerdasan, pengetahuan, keperibadian, serta akhlak yang mulia.
-          Membekali peserta didik untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih lanjut.
-          Menyiapkan peserta didik agar dapat bersosialisasi di masyarakat.

·         SLB-C1
-          Mengembangkan non akademik peserta didik secara optimal agar mandiri dapat mandiri dalam kehidupan.
-          Menyiapkan peserta didik agar memiliki keterampilan untuk bekal hidup mandiri.
-          Mempersiapkan peserta didik agar menjadi anggota masyarakat yang trampil.
-          Menyiapkan peserta didik agar dapat bersosialisasi di masyarakat.

E.   Fasilitas
·         SLB-C
-          Menyediakan guru-guru yang berkualitas yang mengerti tentang Anak Berkebutuhan Khusus dan memiliki pengalaman yang baik di bidang ini.
-          Menyediakan buku-buku yang berkualitas dan sesuai bagi peserta didik pada tingkatannya masing-masing.
-          Menyediakan ruang kelas yang nyaman dan aman untuk kegiatan belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan baik.
-          Menyediakan alat peraga yang menunjang pada kegiatan belajar mengajar.
-          Menyediakan tempat bermain dan taman yang baik dan aman untuk peserta didik.

·         SLB-C1
-          Menyediakan guru-guru yang berkualitas yang mengerti tentang Anak Berkebutuhan Khusus dan memiliki pengalaman yang baik di bidang ini.
-          Menyediakan alat dan bahan yang baik dan aman untuk mengembangkan keterampilan peserta didik.
-          Menyediakan ruang kelas yang nyaman dan aman untuk kegiatan belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan baik.
-          Menyediakan rak-rak yang tersusun rapi untuk memajang hasil karya peserta didik.
-          Menyediakan tempat bermain dan taman yang baik dan aman untuk peserta didik.


SLB-D(Tuna Daksa)
SLB-D adalah Sekolah untuk Tunadaksa (Anak yang mengalami cacat tubuh)

Karakterisitik anak tunadaksa adalah: anggota gerak tubuh tidak lengkap, bentuk anggota tubuh dan tulang belakang tidak normal, kemampuan gerak sendi terbatas, ada hambatan dalam melaksanakan aktifitas kehidupan sehari hari.
                                                   
Sistem yang saya anggap baik jika mendirikan sekolah SLB-D, harus memiliki;

  1. Metode pengajaran     
·         Ceramah
·         Diskusi Berkelompok
·         Praktek (Dalam pengjaran kegiatan agar lebih mandiri dalam kegiatan sehari-hari).

  1. Fasilitas      :          
  • Pengajar/Pembina, Psikolog dan Dokter khusus untuk menjamin perkembangan anak sesuai.
  • Gedung dan Ruang yang dikhususkan untuk keperluan anak tuna daksa
(Contoh: Terdapat tangga yang rata tanpa anak tangga yang dikhususkan    untuk memudahkan siswa yang memakai kursi roda, atau wastafel rendah agar mereka tidak perlu dibantu berdiri untuk mencuci tangan.)
  • Komputer, Alat olahraga, UKS yang lengkap.

C. Mekanisme Pembelajaran    
  • Pertemuan dilakukan 5 hari aktif untuk pelajaran akademis / pelatihan berkegiatan untuk mandiri dan 1 hari untuk ekstrakulikuler.
  • Dalam sehari pertemuan diadakan 14 jam dengang istirahat 2x30menit setiap pertemuannya. Setiap mata pelajaran berlaku 45menit/pertemuan.
  • Proses belajar mengajar dimulai dengan; ceramah 30 menit, berdiskusi sekelompok 60 menit, praktek(jika diperlukan)

D.   Tujuan Pembelajaran
  • Tujuan Umum:
Meningkatkan status kesehatan dan mengurangi tingkat ketergantungan anak penyandang cacat di SLB.
  • Tujuan Khusus:
1. Meningkatnya kemampuan tenaga kesehatan di puskesmas
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan anak
penyandang cacat di SLB.
2. Memberi makna bahwa mereka dapat belajar apa yang anak normal lain  dapat pelajari (khususnya dalam hal akademis dan bakat).

E.   Manajemen Kelas

  • Setiap kelas berisi 7-12 anak.
  • Setiap kelas didampingi 2-3 pengajar (diharapkan 1 pengajar/pembina memegang 3-4 anak)

SLB –E (tuna Laras)
-Metode Pengajaran:
Metode Pengajaran menggunakan Teacher Centered Learning (TCL) dikarenakan butuh control dari pengajar agar tidak terjadi kecelakaan akibat keterbatasan atau kekurangan pengendalian emosi.
-Fasilitas:
  1. Pengawas pembelajaran dimana di setiap proses belajar mengajar ada pengawas yang menjadi control kelas
  2. penjauhan dari fasilitas benda-benda yang dapat melukai. Missal: benda tajam, kursi diganti dengan karpet
  3. psikolog yang mumpuni sebagai monitoring emosi atau therapy penenang
  4. fasilitas medis untuk mengatasi hal-hal yang berkenaan dengan medis.
  5. Penggunaan slide dan infokus serta hal-hal yang tidak impulsive agar tidak mendiskombabulasikan emosi

-Mekanisme Pengajaran
Pengajar memberikan materi yang berkenaan dengan kognisi dan intelegensi anak-anak tuna Laras. Pengajar diberikan training oleh psikolog mengenai cara mengatasi ABK. Lalu setiap bahan pengajaran diberikan feedback kepada anak ABK seminim mungkin dan senyaman mungkin bagi mereka
-Tujuan Pembelajaran
Untuk membantu akademis dan kesejahteraan anak-anak ABK terutama penyandang tuna Laras agar bisa bercampur dengan masyarakat di masa depan dan terjamin masa depanyanglebihbaik.


-Manajemen Kelas, Tempat, dan Waktu
Manajemen kelas menggunakan kelas kluster dan auditorium, disesuaikan dengan kondisi kelas. Waktu 5 hari dalam seminggu sebagai insentif kenyamanan penyandang tuna Laras. Tempat akan di pisahkan dalam kelas tertentu menurut dari kemampuan kestabilan emosi dan akademis

-Kesimpulan
System pendidikan ini didesain untuk menciptakan hubungan yang nyaman dan keamanan kegiatan belajar mengajar bagi anak-anak penyandang tuna Laras dalam meraih prestasi, lalu fasilitas yang disediakan akan menjadi insentif dan motivasi yang dapat diberikan kepada ABK yang kemudian diintegrasikan dengan penyesuaian kurikulum yang dapat diterima oleh tuna Laras


1 komentar: