Menurut Mc. Donald (dalam Djamarah,
2008: 148) yang mengatakan bahwa motivasi adalah suatu perubahan energi di
dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan
reaksi untuk mencapai tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu dapat
berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Oleh karena seseorang
mempunyai tujuan dalam aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang
kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat dia lakukan.
Woodworth dan Marques (Sunarto,
2008), mendefinisikan motivasi sebagai satu set motif atau kesiapan yang
menjadikan individu cenderung melakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pendapat tersebut senada dengan yang
disampaikan oleh Chung dan Meggison (Suhaimin), yang mendefinisikan motivasi
sebagai prilaku yang ditujukan kepada sasaran, motivasi berkaitan dengan
tingkat usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam mengejar suatu tujuan.
Motivasi berkaitan erat dengan kepuasan pekerjaan.
Menurut Dalyono (2009: 57),
motivasi adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu
pekerjaan. Sumiati (2007: 236), mengatakan bahwa motivasi adalah dorongan yang
muncul dari dalam diri sendiri untuk bertingkah laku. Dorongan itu pada umumnya
diarahkan untuk mencapai sesuatu tujuan. Sehingga motivasi dapat memberikan
semangat yang luar biasa terhadap seseorang untuk berprilaku dan dapat
memberikan arah dalam belajar. Motivasi ini pada dasarnya merupakan keinginan
yang ingin dipenuhi (dipuaskan), maka ia akan timbul jika ada rangsangan, baik
karena adanya kebutuhan maupun minat terhadap sesuatu.
Terkait dengan motivasi, banyak
pakar yang telah mengemukakan teorinya berdasarkan sudut pandangnya
masing-masing. Teori – teori motivasi tersebut diantaranya adalah teori yang
dikembangkan oleh Maslow dikenal dengan hierarki kebutuhan Maslow. Maslow
(dalam Dimyati, 2009: 81) berpendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat
kebutuhan, yaitu: (1) kebutuhan fisiologis; seperti rasa lapar, haus, istirahat
dan sex, (2) kebutuhan akan perasaan aman; tidak dalam arti fisik semata, akan
tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual, (3) kebutuhan sosial, (4)
kebutuhan akan penghargaan diri, yang pada umumnya tercermin dalam berbagai
simbol-simbol status, dan (5) kebutuhan akan aktualisasi diri. dalam arti tersedianya
kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam
dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata. Hierarki di atas di dasarkan
pada anggapan bahwa pada waktu orang telah memuaskan satu tingkat kebutuhan
tertentu, mereka ingin bergeser ke tingkat kebutuhan yang lebih tinggi.
McClelland (dalam Sudrajat, 2008)
mengemukakan teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement
(N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan
kebutuhan seseorang akan prestasi. Kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai
(1) keinginan untuk melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit,
(2) menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia,
atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen
mungkin, sesuai kondisi yang berlaku, (3) mengatasi kendala-kendala, mencapai
standar tinggi, (4) mencapai performa puncak untuk diri sendiri, (5) mampu
menang dalam persaingan dengan pihak lain, (6) meningkatkan kemampuan diri
melalui penerapan bakat secara berhasil.
Menurut McClelland, karakteristik
orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu :
(1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan
moderat, (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena
upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti
kemujuran misalnya, dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan
kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
Alderfer (dalam Sugianto, 2011),
mengemukakan teori motivasi yang dikenal dengan teori “ERG”. ERG merupakan
akronim dari Existense, Relatedness, dan Growth. Menurut teori ini
eksistensi merupakan kebutuhan nyata setiap orang sesuai dengan harkat dan
martabat manusia. Kebutuhan akan relatedness tercermin pada keberadaan manusia
itu dengan orang lain dan dengan lingkungannya, karena tanpa ada interaksi
dengan orang lain dan lingkungan maka keberadaan manusia itu tidak mempunyai
makna yang hakiki. Sedangkan Growth adalah merupakan kebutuhan manusia untuk
tumbuh dan berkembang. Sesuai dengan teori yang dikemukakan Maslow bahwa
eksistensi adalah kebutuhan pokok, relatedness adalah kebutuhan social dan
growth adalah diklasifikasikan sebagai aktualisasi diri.
0 komentar:
Posting Komentar