BAB
I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang Sekolah
1.
Identitas
Sekolah
Nama Sekolah : SMK
Tritech Informatika Medan
Nomor Pokok Sekolah Nasional : 10261412
Bidang Keahlian :
Teknik Informasi dan Komunikasi
Program Keahlian :
Teknik Komputer Dan Informatika
Kompetensi Keahlian :
TKJ – Multimedia – RPL
Alamat :
Jln. Bhayangkara No. 522 CDE Medan
Website :
http://www.tritech.sch.id
Status Sekolah / Akreditasi : Swasta / -
Email :
smktritech@gmail.com
2.
Visi
dan Misi Sekolah
VISI
·
Menjadikan SMK
berbasis teknologi Informatika yang Unggul, Mandiri, Religius dan Berstandar
Internasional
MISI
·
Siswa/i mampu
menguasai komputer software dan hardware serta jaringan IT
·
Melahirkan generasi
yang handal dalam bidang IPTEK, IMTAQ dan berjiwa kebangsaan
B. Data Observer
Observer merupakan
kelompok 6 pada mata kuliah Psikologi Belajar Tahun Ajaran 2013 yang terdiri
dari empat orang yaitu:
Observer I
Nama :Rony Syahputra
NIM : 111301048
Observer II
Nama : Putra Pratama
NIM : 101301100
Observer III
Nama : RM Afif Handri Nabawi
NIM : 121301010
Observer IV
Nama : Ikhsan Pratama
NIM : 121301018
C.
Kondisi
Fisik Kelas
Hari
& Tanggal Observasi :
Senin, 18 Oktober 2013
Kelas
yang di Observasi : X MM
3 Reguler
Mata
Pelajaran :
Alur Proses Produksi Produk Multimedia
Nama
Guru yang Mengajar : Dedi
Leman, S.Pd.
Waktu
Observasi :
08.30 - 09.15 WIB
Jumlah
Siswa :
27 Orang
Alat
Observasi :
Pena, Buku Catatan, Jam
Media
Pembelajaran :
Guru :
·
Laptop
·
LCD
·
Spidol
·
Whiteboard
Siswa :
·
LKS,
·
Laptop pribadi
Situasi Fisik Kelas
1) Kursi
chitos : 27 buah
2) Kursi
guru : 2 buah
3) Meja
guru : 1 buah
4) AC : 1 buah
5) Kipas : 1 buah
6) LCD
TV : 1 buah
7) Whiteboard : 1 buah
8) Mading : 1 buah
9) Jam
dinding : 1 buah
10) Lukisan : 1 buah
11) Sapu : 3 buah
12) Tong
sampah : 1 buah
D.
Hasil
Observasi
Pada tanggal 18 Oktober 2013
kelompok 6 melakukan tugas observasi proses belajar yang terjadi di SMK Tritech
Medan yang beralamat di jalan Jl. Bhayangkara
No. 522 Medan. Kelompok mendapatkan kesempatan untuk mengobservasi Kelas X MM 3
Reguler. Kami mulai melakukan observasi di dalam kelas pukul 08.30 WIB. Pada
saat awal melakukan observasi terdapat 27 orang siswa. 15 orang siswa duduk di
atas lantai, delapan orang lainnya duduk di kursi dan ada empat orang siswa
sedang melakukan scotchjump. Pada
saat empat orang siswa melakukan scotchjump,
siswa yang lain sedang mengobrol dengan teman-temannya. Kelas tersebut
memiliki tiga buah lampu yang berukuran panjang, namun hanya dua lampu yang
hidup dan sebuah lampu tidak menyala. Sebuah AC yang menyala berada di sisi
dinding belakang meja guru. Di bawah AC terdapat sebuah LCD TV yang sedang
tidak menyala, kurang lebih berukuran sebesar 29 inch. Di bawah LCD TV juga
tertempel sebuah whiteboard.
Setting tempat duduk
kelas tersebut dibuat membentuk huruf U dimana kursi disusun tepat di sisi-sisi
dinding. Meja dan kursi guru berada di sisi depan tengah kelas dan menjadi
bagian pusat di dalam kelas tersebut. Bagian dinding kelas terdapat pintu masuk
kelas terbuat dari kaca yang tembus pandang sehingga dari dalam kelas dapat
melihat keluar kelas.
Pada saat siswa mengobrol dengan teman-temannya,
guru yang sedang mengajar meminta siswa untuk berhenti mengobrol dan guru
memberikan kami kesempatan untuk memperkenalkan diri satu per satu dan
menyebutkan tujuan kedatangan kami. Kemudian guru yang sedang mengajar juga
memperkenalkan diri. Nama guru tersebut adalah Pak Dedi. Pak Dedi mengajar mata
pelajaran Alur Proses Produksi Multimedia. Pak Dedi mengajak siswanya untuk
berdiskusi dan membicarakan hal-hal yang menarik bagi siswa serta bercanda
dengan siswanya.
Dari awal memasuki kelas, siswa-siswa mengobrol
dengan teman-temannya dikarenakan Pak Dedi sedang memberikan hukuman kepada
siswa-siswa yang tidak mengerjakan PR. PR yang menjadi tugas siswa adalah
mengisi LKS (Lembar Kerja Siswa). Dari 27 siswa dalam kelas tersebut hanya
delapan orang yang mengerjakan PR. Siswa yang tidak mengerjakan PR LKS
diberikan hukuman yaitu duduk di lantai. Setelah mereka duduk di lantai mereka
juga diberikan hukuman melakukan scotchjump.
Setelah proses hukuman diberikan Pak Dedi, kemudian Pak Dedi memberikan
instruksi kepada siswa untuk kembali mengerjakan PR LKS tersebut di dalam kelas
dan siswa yang diberikan hukuman tetap duduk di atas lantai serta diberikan
waktu untuk mengerjakannya selama 25 menit. Dalam proses pengerjaan PR LKS,
beberapa siswa mengobrol dan siswa lain fokus mengerjakan LKS nya. Sambil
mengerjakan PR LKS, Pak Dedi mengabsensi siswa dengan membacakan nama siswa
satu persatu.
Setting kelas dengan
dinding kaca membuat siswa dapat melihat keluar kelas dan lima orang siswa
terlihat mengamati kondisi di luar kelas. Kelas X MM 3 reguler berhadapan
dengan kelas X MM 1 yang saat itu sedang belajar mengenai pendidikan jasmani.
Kelas tersebut sedang memutar video dengan menggunakan LCD TV yang dapat
terlihat dengan jelas dari kelas X MM 3 reguler. Kemudian, empat orang siswa
dari Kelas X MM 3 melihat video yang di putar di kelas tersebut.
Setelah siswa selesai mengerjakan LKS, LKS
dikumpulkan oleh Pak Dedi. Kemudian Pak Dedi menyalakan LCD TV dan
menyambungkan LCD TV tersebut ke Laptop. Siswa yang sedang mengobrol dengan
teman-temannya kemudian berhenti mengobrol dan menyaksikan LCD TV yang akan
segera menyala. Setelah siswa fokus kembali Pak Dedi memutarkan video-video
iklan. Iklan yang ditampilkan tidak hanya iklan terbaru tetapi juga iklan yang
dibuat tahun 1970 an. Setelah itu Pak Dedi memberikan instruksi kepada siswa
untuk mengeluarkan laptop. Pada saat seluruh siswa mengeluarkan laptop, delapan
orang siswa tidak membawa laptop. Kemudian Pak Dedi bertanya kepada siswa
alasan mereka tidak membawa laptop. Alasan para siswa adalah lupa membawa
laptop. Kelas pun dilanjutkan, Pak Dedi yang sudah mulai memberi penjelasan,
tiba-tiba listrik padam dan siswa kembali mengobrol. Setelah pemadaman listrik
tersebut kelompok observer berpamitan dengan Pak Dedi dan siswa-siswa di kelas
tersebut dikarenakan waktu observasi kelas sudah selesai.
BAB
II
Landasan
Teori dan Analisis Hasil Observasi
A.
Pembahasan
Kondisi Kelas
Sekolah SMK Tritech Informatika
merupakan sekolah dengan fasilitas yang cukup lengkap untuk ukuran sekolah
menengah kejuruan. Sekolah ini berangkat dengan visi menjadikan SMK berbasis teknologi Informatika yang Unggul, Mandiri,
Religius dan Berstandar Internasional. Dari visi tersebut tercerminlah sebuah
sekolah yang berstandar internasional, dimana di dalam setiap kelas terdistribusi sarana yang mendukung
proses pembelajaran seperti LCD TV yang dapat terhubung dengan komputer/laptop.
Selain itu sarana pendukung seperti AC menambah kenyamanan siswa belajar.
Kondisi kelas sudah
efektif untuk terlaksananya proses belajar. Jumlah siswa dalam kelas juga tidak
terlalu banyak. Ditambah dengan susunan tempat duduk yang membentuk huruf U
juga menambah kelas semakin kondusif dimana guru dapat mengatur atau
mengkondisikan kelas secara utuh. Kelompok hanya sedikit melihat kekurangan
dari kondisi fisik kelas yaitu pencahayaan yang sedikit redup yang mungkin
dikarenakan kondisi bola lampu yang harusnya sudah diganti dengan yang baru,
sehingga pencahayaan tidak mengganggu proses belajar mengajar. Selain itu
kondisi salah satu sisi dinding yang kaca dapat melihat kondisi diluar, hal ini
dirasa menjadi pengganggu konsentrasi belajar siswa di mana siswa bisa setiap
saat melihat keluar kelas setiap saat.
B.
Pembahasan Sistem Pembelajaran dikaitkan dengan Teori
1.
Pengkondisian
Berpenguat Skinner
Skinner (1953) mengidentifikasi tiga
komponen penting dari perubahan-perilaku, yakni:
a. Kesempatan
dimana perilaku terjadi
b. Perilaku
itu sendiri
c. Konsekuensi
dari perilaku
Respon sering diberikan pada
lingkungan untuk menghasilkan konsekuensi yang berbeda, dan konsekuensi
tertentu menimbulkan pengulangan respon. Sebagai contoh bila seseorang
menyenandungkan sebuah lagu kemudian mengharapkan mendapatkan sebuah pujian
ataupun tepuk tangan. Bila itu terjadi maka konsekuensi dari perilaku tersebut
akan adanya peningkatan frekuensi dari perilaku menyanyi. Skinner menamakan
respon ini sebagai berpenguat. Secara khusus penguatan adalah setiap
konsekuensi behavioral yang memperkuat perilaku; yaitu, penguat meningkatkan
frekuensi respons. Kejadian yang menguatkan adalah hasil yang diproduksi oleh
berpenguat yang mengubah organisme sedemikian rupa sehingga perilaku itu di
ulang. Skinner mengidentifikasi komponen belajar sebagai stimulus diskriminatif
(SD), Respon (R) dan stimulus penguat (Sreinf)
Pada kelas X MM3 Reguler guru
memberikan reinforcement kepada siswa
di dalam kelas. Di mana pada pertemuan sebelumnya guru memberikan Pekerjaan
Rumah kepada siswa (stimulus) kemudian pada pertemuan berikutnya guru
mengumpulkan pekerjaan rumah. Siswa ada yang mengerjakan dan ada yang belum
mengerjakan (Respon) setelah itu guru memberikan reinforcement dari perilaku yang dimunculkan yaitu dengan
memberikan reinforcement negatif bagi yang tidak mengerjakan PR LKS disuruh
duduk di lantai. Selain itu guru juga memberikan hukuman yaitu melakukan scotchjump. Untuk siswa yang
mengerjakan tugas tetap duduk di kursi (Reinforcement
positif). Pada proses pembelajaran yang dilakukan, guru memberikan reinforcement di mana reinforcement positif dapat menguatkan
perilaku dan akan meningkatkan frekuensi dari perilaku sehingga siswa yang
mengerjakan pekerjaan rumah akan mempertahankan perilakunya. Sedangkan bagi
siswa yang tidak mengerjakan PR LKS diberikan reinforcement negatif dan hukuman dengan harapan siswa
menghilangkan perilaku tersebut.
Dalam teori Skinner, terdapat
prinsip utama penguatan. Dimana dinamika penguatan, agar efektif mengubah
perilaku, penguatan harus terjadi seketika bersamaan dengan kondisi penguatan
dan terkait langsung dengan perilaku itu sendiri. “Suatu penguat akan sangat
kuat apabila ia diikuti dengan segera, optimal dengan hitungan detik” (Skinner,
1986b, h.97).
Dari dinamika penguatan, pengajar
sudah melakukan hal yang tepat dimana konsekuensi langsung diberikan kepada
siswa yang tidak mengerjakan PR LKS. Hukuman dan reward langsung diberikan pada saat perilaku terjadi dimana sesuai
dengan teori Skinner yaitu perilaku penguatan akan optimal bila langsung
diikuti dengan penguatan itu sendiri.
Teknik kontrol yang paling umum
adalah hukuman (Skinner, 1953). Niat dari tindakan ini adalah untuk mereduksi
frekuensi perilaku tertentu. Dari perspektif pengkondisian berpenguat, perilaku
mungkin dihukum dengan dua cara:
1.
Penghilangan penguat
positif. Ini adalah model hukuman dimana ketika seseorang berperilaku buruk
maka lingkungan langsung mengarahkan ketidaksetujuan atas perilaku tersebut.
Contoh pada hasil observasi, adalah ketika guru tidak setuju bila ada siswa
yang tidak mengerjakan tugas. Hal ini merupakan bentuk dari penghilangan
penguat positif.
2.
Penambahan penguatan
negatif. Model hukuman ini adalah dengan memberikan tambahan penguatan negatif
pada situasi dimana saat perilaku tersebut terjadi, misalnya adalah dengan
menghukum siswa yang ribut di kelas dengan memberikan tugas menuliskan “saya
tidak akan bicara di kelas’ sebanyak 50 kali.
Pada Kelas X MM3 Reguler guru menerapkan
sistem hukuman yang kedua di mana siswa yang tidak mengerjakan PR LKS diberikan
hukuman duduk di lantai, scotchjump dan setelah itu guru
mempersilahkan siswa yang tidak mengerjakan pekerjaan rumah kembali mengerjakan
pekerjaan tersebut dalam kelas.
Guru yang mengajar di kelas X MM3 reguler
berusaha menerapkan teori yang di keluarkan oleh Skinner. Dimana usaha sang
guru menghadirkan stimulus kemudian memberikan konsekuensi atas respon dari
stimulus yang ada.
2.
Kondisi
Belajar Robert Gagne
Sembilan tahapan belajar Gagne
adalah konsep pemrosesan kognitif pada analisis pembelajaran dari Robert Gagne.
Sembilan tahapan ini pada dasarnya harus diberlakukan secara berurut karena
merupakan aspek pemrosesan yang penting demi tercapainya tujuan pembelajaran. Sembilan
tahapan belajar Gagne dikategorisasikan berdasarkan 3 tahapan umum. Yaitu
persiapan belajar, akuisisi dan kinerja dan transfer belajar.
1.
Persiapan
belajar
Tujuan dari tahapan ini adalah
untuk mempersiapkan diri untuk belajar. Termasuk didalamnya adalah
memperhatikan stimuli pada proses pembelajaran yang dapat berupa objek bergerak
maupun diam, ucapan, tulisan maupun gambar.
Pada dasarnya stimulus-stimulus ini adalah pembangunan harapan pembelajaran
demi tercapainya tujuan belajar. Pada dasarnya persiapan belajar melibatkan
proses pengambilan informasi yang relevan kemudian dimasukkan ke dalam ingatan
kerja.
2.
Akuisisi
dan kinerja
Merupakan fase inti dari
pembelajaran. Mengenali stimuli, memilih
stimuli yang relevan dari lingkungan, memberikan makna dan mentransfer
informasi ke ingatan jangka panjang, kemudian mengambil kembali informasi dan
merespon, adalah hal yang terjadi pada tahapan ini. Dari tahapan ini, pengkodean (encoding) adalah tahapan sentral dan
penting dalam belajar. Tanpanya, belajar tidak akan terjadi.
3.
Transfer
belajar
Tahapan terakhir dari belajar
dimana pembelajar diberi kesempatan untuk mengaplikasikan aktifitas belajar ke dalam situasi baru dan
membangun petunjuk tambahan (misalnya
pengalaman) untuk diingat kembali kelak.
Pada kelas yang diobservasi,
kelompok melihat adanya indikasi dari teori belajar Gagne yang dapat
diaplikasikan pada kondisi kelas pada saat observasi. Berikut kami tampilkan
tahapan belajar pada teori belajar Gagne.
Tabel 1. Asumsi Dasar
Kondisi Belajar Gagne
Deskripsi
|
Tahapan
|
Fungsi
|
Aplikasi
dalam observasi
|
1. Persiapan belajar
|
1. Memperhatikan
|
Memberikan peringatan bagi pemelajar
Mengorientasikan
|
Murid memperhatikan ketika guru memberikan PR
|
2. Harapan
|
Pemelajar pada tujuan belajar
|
Pengharapan guru agar PR dapat diselesaikan dengan
baik
|
|
3. Pengambilan kembali (informasi yang relevan dan
keterampilan) untuk dibawa ke ingatan kerja
|
Memberi ingatan tentang kapabilitas yang
diperlukan
|
Adanya proses feedback
dari guru pada hasil pengerjaan PR
|
|
2. Akuisisi dan kinerja
|
4. Persepsi selektif
terhadap ciri stimulus
|
Membangkitkan penyimpanan pada stimulus penting
secara temporer di dalam ingatan kerja
|
Murid hanya memperhatikan instruksi guru, tidak
dari temannya
|
5. Pengkodean semantik
|
Transfer
ciri stimulus dan informasi terkait ke dalam ingatan jangka panjang
|
Murid mengingat pengerjaan PR dan pelajaran
mengenai iklan
|
|
6. Pengambilan kembali dan respons
|
Mengembalikan informasi yang tersimpan ke
penggerak respons individual dan mengaktifkan respons
|
Murid merespon dengan memberikan tanggapan
|
|
7. Penguatan
|
Mengkonfirmasi harapan pemelajar
tentang tujuan belajar
|
Guru memberikan reinforcement kepada siswa
|
|
3. Transfer Belajar
|
8. Pengambilan petunjuk
|
Memberikan petunjuk tambahan untuk peringatan kapabilitas di
waktu mendatang
|
Guru menjelaskan dan menunjukkan beberapa iklan
|
9. Kemampuan generalisasi
|
Memperkaya transfer belajar ke situasi baru
|
Pengetahuan mengenai iklan dapat mereka gunakan
dalam pengerjaan tugas.
|
BAB
III
Kesimpulan
dan Saran
A.
Kesimpulan
Dari hasil observasi yang berjalan
kurang lebih empat puluh lima menit kelompok menarik kesimpulan bahwa hasil
observasi pada kelas X MM3 Reguler dapat dikaitkan dengan teori pembelajaran
Skinner. Dimana guru dengan sadar memberikan hukuman kepada siswa yang tidak
mengerjakan pekerjaan rumah. Selain itu guru juga memakai konsep stimulus,
respon dan konsekuensi dalam praktik mengajar di dalam kelas.
Kondisi belajar dengan memberikan reinforce adalah salah satu cara efektif untuk diterapkan dalam
proses belajar di kelas, karena diharapkan siswa dapat mempertahankan
perilaku-perilaku yang baik bila mendapatkan penguatan positif, begitu juga
sebaliknya siswa juga diharapkan menghilangkan perilaku-perilaku yang tidak
baik seperti tidak mengerjakan pekerjaan rumah bila mendapatkan hukuman.
B. Saran
Secara keseluruhan fasilitas pada kelas
X MM3 reguler sudah lengkap hanya saja kelompok menyarankan kepada pihak
sekolah agar memperhatikan kondisi penerangan. Bila lampu sudah berkurang
kualitasnya hendaknya diganti segera dengan lampu yang baru. Selain itu
kelompok juga menilai bahwa kondisi dinding kaca pada kelas di rasa mengganggu
proses belajar di karenakan fokus konsentrasi siswa berpeluang terpecah
dikarenakan kondisi hingar bingar di luar kelas.
Daftar Pustaka
Gtedler,
Margaret. E., (2011). Learning and
instruction: teori dan aplikasi. Jakarta: Kencana