Senin, 25 Maret 2013

PSIKOLOGI MUSIK



 Psikologi musik? emang ada ya?
nah ternyata memang ada psikologi yang dihubungkan dengan musik (lagian jaman sekarang seluruh aspek kehidupan dihubungkan ke psikologi...)

penasaran? yuk mari cek infonya...

  Pada hakekatnya, musik adalah produk pikiran. Maka, elemen vibrasi (fisika dan kosmos) dalam bentuk frekuensi, amplitude dan durasi belum menjadi musik bagi manusia sampai semua itu di transformasikan secara neurologis dan di interpretasikan melalui otak menjadi: pitch (nada-harmoni), timbre (warna suara), dinamika (keras-lembut) dan tempo (cepat-lambat). Transformasi ke dalam musik dan respon manusia (perilaku) adalah unik untuk di kenali (kognisi) karena otak besar manusia berkembang dengan amat pesat sebagai akibat dari pengalaman musical sebelumnya.
                Kemudian, psikologi sebagai ilmu tentang pikiran dan perilaku akan menjadi suatu pengetahuan dasar yang dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana persisnya kinerja sensori menghasilkan peningkatan perkembangan otak serta memperkaya hidup manusia. Sementara pengetahuan kognisi berkewajiban memastikan hubungan semua jaringan saraf sensori (indera), motorik, koneksi antar saraf dan saraf otak layaknya sebuah computer raksasa. Di dalamnya termasuk pembahasan aspek belajar yang meliputi pemahaman dan efisiensi komunikasi dari fungsi saraf. Seorang psikolog musik kemudian harus bertanggung jawab dan berinisiatif pada pekerjaan yang terintegral, yaitu psikolog musik harus bermain dalam ruang lingkup interdisiplin bahkan multidisiplin dalam upaya menemukan jawaban atas pertanyaan tentang pengaruh dan respon. Untuk itu dibutuhkan penggabungan seni dan pengetahuan musik, mengasimilasi dan memberi informasi dari kesatuan tersebut, serta bertanggung jawab untuk diseminasi hasil penggabungan itu ke dalam praktik pendidikan, kurikulum dan praktik klinis, penelitian dan model-model teoretis lainnya.
                Dalam pemahaman sehari-hari, musik seringkali dikaitkan dengan perasaan. Di satu sisi, musik dianggap sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan, dan di sisi lain musik dianggap dapat menggugah perasaan pendengarnya. Karena kedekatannya dengan kehidupan manusia, maka kajian tentang musik hampir selalu terkait dengan kajian tentang perilaku manusia (Sloboda & O’Neill, 2001). Mereka yang berkecimpung dengan dunia music mengakui bahwa komposisi musik tidak mungkin di pisahkan dari gejolak perasaan penciptanya, sementara bagi mereka yang menyukai musik, setiap rangkaian melodi, irama, timbre dan dinamika sangat mungkin menimbulkan perasaan tertentu yang berbeda-beda.
                Kedekatan musik dengan perasaan manusia ini ternyata justru menyebabkan kajian di bidang musik dan emosi tidak dirasakan sebagai suatu hal yang mendesak. Jika penelitian di bidang musik dan tumbuh kembang anak segara merebut pasaran, begitu pula kajian ilmiah di bidang musik dan kognisi, tetapi tidak demikian dengan kajian musik dan emosi!

                Selain itu musik juga disejajarkan dengan disiplin dasar lainnya yang penting intuk dihadirkan di dalam pendidikan. Semua itu karena alasan-alasan berikut :
  •          Musik dapat membuat seseorang merasa lebih hidup.
  •          Musik mengkombinasikan perilaku dan keterampilan berpikir lainnya.
  •          Musik member jalan bagi imaji dan kreasi, mengkontribusikan ekspresi diri dan kreatifitas.
  •          Musik memperkaya kehidupan, sebagai cara untuk memahami warisan budaya.
  •          Musik meningkatkan sensitivitas.
  •          Musik mengembangkan persepsi kognisi dan motorik.
  •          Musik merangsang kreatifitas sekaligus individualitas.
  •          Musik meningkatkan rasa harga diri.
  •          Musik mengembangkan intelegansi.
Dan satu lagi, musik sebagai jalan keluar terapi manusia !


                Pada prinsipnya, terapi musik adalah tipe terapi non-verbal yang berbeda dengan terapi konvensional (konseling) lainnya dimana klien diminta mengutarakan perasaan dan menceritakan pengalaman hidupnya. Musik memberikan alternative bagi terapi konvensional dan mencukupi klien dengan beberapa keunggulan seperti :
  • Berpikir dan merasakan secara langsung.
  • Memiliki kesempatan mengisi perasaan untuk beberapa periode sehingga bisa dieksplorasi, diuji dan diolah lewat kerjasama dengan terapis.
  • Mengkondisikan ekspresi pikiran dan perasaan secara non-verbal yang belum pernah dirasakan klien karena terbiasa berekspresi secara verbal.
                Ada banyak sekali ulasan mengenai musik. Di dalam konteks bidang psikologi sendiri menjelaskan segala aspek hubungan antara musik dengan emosi seperti yang sudah saya paparkan diatas, kemudian juga musik dengan kognisi, musik dengan intelegensi maupun musik dengan pendidikan. Untuk lebih lengkapnya mengenai psikologi musik, Anda bisa jelajahi langsung melalui buku yang saya jadikan sumber tulisan ini…

                   Djohan. 2009. "Psikologi Musik (Cetakan ke III: Edisi Revisi)". Yogyakarta: Best Publisher.
            




Psychology Hints:
Dari sejarah perkembangan musik terlihat bahwa di masa lalu musik terkait dengan dua fungsi pokok, yaitu sebagai sarana nemesis (Yunani: transformasi dan imitasi dari luar ke dalam diri manusia) dan juga katarsis yang mengandung arti pemurnian jiwa melalui pengalaman emosional. Jadi fungsi musik itu adalah untuk merefleksikan emosi melalui kata-kata.

2 komentar:

  1. Bener banget Gan ,, Musik meningkatkan harga diri.
    ane bangga bisa main musik Metal , misal pas breakdown.
    itu rasanya nih hati tenang banget.

    Hehehhe :)

    BalasHapus
  2. Tanpa musik dunia itu hampa banget Gan :)

    BalasHapus