Psikologi musik? emang ada ya?
nah ternyata memang ada psikologi yang dihubungkan dengan musik (lagian jaman sekarang seluruh aspek kehidupan dihubungkan ke psikologi...)
penasaran? yuk mari cek infonya...
Pada hakekatnya, musik adalah produk pikiran. Maka, elemen vibrasi (fisika dan
kosmos) dalam bentuk frekuensi, amplitude dan durasi belum menjadi musik bagi
manusia sampai semua itu di transformasikan secara neurologis dan di
interpretasikan melalui otak menjadi: pitch (nada-harmoni), timbre (warna
suara), dinamika (keras-lembut) dan tempo (cepat-lambat). Transformasi ke dalam
musik dan respon manusia (perilaku) adalah unik untuk di kenali (kognisi)
karena otak besar manusia berkembang dengan amat pesat sebagai akibat dari
pengalaman musical sebelumnya.
Kemudian, psikologi sebagai ilmu tentang pikiran dan perilaku akan menjadi
suatu pengetahuan dasar yang dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana persisnya
kinerja sensori menghasilkan peningkatan perkembangan otak serta memperkaya
hidup manusia. Sementara pengetahuan kognisi berkewajiban memastikan hubungan
semua jaringan saraf sensori (indera), motorik, koneksi antar saraf dan saraf
otak layaknya sebuah computer raksasa. Di dalamnya termasuk pembahasan aspek
belajar yang meliputi pemahaman dan efisiensi komunikasi dari fungsi saraf.
Seorang psikolog musik kemudian harus bertanggung jawab dan berinisiatif pada
pekerjaan yang terintegral, yaitu psikolog musik harus bermain dalam ruang
lingkup interdisiplin bahkan multidisiplin dalam upaya menemukan jawaban atas
pertanyaan tentang pengaruh dan respon. Untuk itu dibutuhkan penggabungan seni
dan pengetahuan musik, mengasimilasi dan memberi informasi dari kesatuan
tersebut, serta bertanggung jawab untuk diseminasi hasil penggabungan itu ke
dalam praktik pendidikan, kurikulum dan praktik klinis, penelitian dan
model-model teoretis lainnya.
Dalam pemahaman sehari-hari, musik seringkali dikaitkan dengan perasaan. Di
satu sisi, musik dianggap sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan, dan di
sisi lain musik dianggap dapat menggugah perasaan pendengarnya. Karena kedekatannya
dengan kehidupan manusia, maka kajian tentang musik hampir selalu terkait
dengan kajian tentang perilaku manusia (Sloboda & O’Neill, 2001).
Mereka yang berkecimpung dengan dunia music mengakui bahwa komposisi musik
tidak mungkin di pisahkan dari gejolak perasaan penciptanya, sementara bagi
mereka yang menyukai musik, setiap rangkaian melodi, irama, timbre dan dinamika
sangat mungkin menimbulkan perasaan tertentu yang berbeda-beda.
Kedekatan musik dengan perasaan manusia ini ternyata justru menyebabkan kajian
di bidang musik dan emosi tidak dirasakan sebagai suatu hal yang mendesak. Jika
penelitian di bidang musik dan tumbuh kembang anak segara merebut pasaran,
begitu pula kajian ilmiah di bidang musik dan kognisi, tetapi tidak demikian
dengan kajian musik dan emosi!
Selain itu musik juga disejajarkan dengan disiplin dasar lainnya yang penting
intuk dihadirkan di dalam pendidikan. Semua itu karena alasan-alasan berikut :
- Musik dapat membuat seseorang merasa lebih hidup.
- Musik mengkombinasikan perilaku dan keterampilan berpikir lainnya.
- Musik member jalan bagi imaji dan kreasi, mengkontribusikan ekspresi diri dan kreatifitas.
- Musik memperkaya kehidupan, sebagai cara untuk memahami warisan budaya.
- Musik meningkatkan sensitivitas.
- Musik mengembangkan persepsi kognisi dan motorik.
- Musik merangsang kreatifitas sekaligus individualitas.
- Musik meningkatkan rasa harga diri.
- Musik mengembangkan intelegansi.
Dan
satu lagi, musik sebagai jalan keluar terapi manusia !
Pada prinsipnya, terapi musik adalah tipe terapi non-verbal yang berbeda dengan
terapi konvensional (konseling) lainnya dimana klien diminta mengutarakan
perasaan dan menceritakan pengalaman hidupnya. Musik memberikan alternative
bagi terapi konvensional dan mencukupi klien dengan beberapa keunggulan seperti
:
- Berpikir dan merasakan secara langsung.
- Memiliki kesempatan mengisi perasaan untuk beberapa periode sehingga bisa dieksplorasi, diuji dan diolah lewat kerjasama dengan terapis.
- Mengkondisikan ekspresi pikiran dan perasaan secara non-verbal yang belum pernah dirasakan klien karena terbiasa berekspresi secara verbal.
Ada banyak sekali ulasan mengenai musik. Di dalam konteks bidang psikologi
sendiri menjelaskan segala aspek hubungan antara musik dengan emosi seperti
yang sudah saya paparkan diatas, kemudian juga musik dengan kognisi, musik
dengan intelegensi maupun musik dengan pendidikan. Untuk lebih lengkapnya mengenai
psikologi musik, Anda bisa jelajahi langsung melalui buku yang saya jadikan
sumber tulisan ini…
Djohan. 2009. "Psikologi Musik (Cetakan ke III: Edisi Revisi)".
Yogyakarta: Best Publisher.
Psychology
Hints:
Dari
sejarah perkembangan musik terlihat bahwa di masa lalu musik terkait dengan dua
fungsi pokok, yaitu sebagai sarana nemesis (Yunani: transformasi dan
imitasi dari luar ke dalam diri manusia) dan juga katarsis yang
mengandung arti pemurnian jiwa melalui pengalaman emosional. Jadi fungsi musik itu adalah untuk merefleksikan emosi
melalui kata-kata.
Bener banget Gan ,, Musik meningkatkan harga diri.
BalasHapusane bangga bisa main musik Metal , misal pas breakdown.
itu rasanya nih hati tenang banget.
Hehehhe :)
Tanpa musik dunia itu hampa banget Gan :)
BalasHapus