Time is money. Ketika mendengar ungkapan
seperti ini, sangat disadari bahwa begitu penting dan mahalnya waktu sehingga
disamakan dengan uang. Dalam kondisi apapun, mengetahui pergeseran waktu jauh
lebih penting. Coba bayangkan, ketika dunia ini tidak memiliki ruang waktu yang
jelas, bagaimana cara kita mengetahui kapan kita melakukan sesuatu, berapa lama
kita melakukan sesuatu dan lain sebagainya. Untuk itu, seluruh umat manusia di
dunia perlu mengetahui waktu.
Saat ini ketika kita ingin mengetahui waktu,
sudah dapat mengenalnya dengan melakukan cara-cara yang simple. Contohnya, di
seluruh pelosok dunia manapun, bila ingin mengetahui waktu cukup dengan melihat
satu benda yang bernama “jam”.
Masalah baru timbul. Apakah hal tersebut dapat
dilakukan oleh tunanetra?. Secara logika hal itu tidak mungkin, karena ketika
mendengar kata jam, yang muncul dibenak kita adalah jam yang dikenal secara visual.
Mungkin dahulu hal itu memang mustahil,
karena jam yang ada belum bisa diakses oleh tunanetra. Tetapi saat ini hal
tersebut tidak lagi mustahil, karena tunanetra juga dapat melakukannya.
Dengan perkembangan teknologi yang
semakin canggih, hadirlah teknologi yang aksesibel untuk tunanetra. Teknologi
tersebut berupa jam bicara (talking watch), Dimana talking watch ini
memungkinkan tunanetra untuk dapat mengetahui waktu. Selain berfungsi visual,
dapat pula berfungsi audio, hasilnya seorang tunanetra pun dapat mengetahui
waktu dengan mudah.
Tampilan fisik talking watch tidak jauh
berbeda dengan jam pada umumnya. Baik berupa jam tangan, jam dinding, jam meja
ataupun talking watch yang berbentuk gantungan kunci. Namun, khusus untuk
talking watch, teknologi yang digunakan adalah digital yang dapat menampilkan
angka-angka secara visual. Artinya, talking watch ini juga dapat dipergunakan
bukan untuk tunanetra saja, melainkan juga dapat digunakan oleh user
nontunanetra.
Audio yang dikeluarkan dari talking watch
adalah ucapan seorang manusia. Bila dibayangkan, seolah-olah ada seseorang yang
memberitahukan bahwa sekarang sudah pukul berapa dari dalam jam. Bahasa yang
digunakan sudah ada dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa inggris. Dari
kualitas suara, kejelasan dari ucapan terdengar sangat jelas, baik suara yang
menunjukkan orang itu berjenis kelamin laki-laki ataupun perempuan.
Selain talking watch, ada juga jam Braille.
Tapi jangan kahwatir, anda yang bukan tunanetra juga dapat
menggunakannya. Dengan penggunaan tanda Braille yang sederhana, tidak mustahil
para user yang bukan tunanetra juga dapat menggunakannya.
Penggunaan huruf Braille dalam jam ini
menggunakan dua titik yang berdekatan untuk menunjuk angka 12, 3, 6 dan 9. Dan
angka-angka lainnya seperti 1, 2, 4, 5 dan lain-lain hanya menggunakan satu
titik saja.
Dengan tetap menggunakan jarum jam sebagai
penunjuk waktu, tampilan jam Braille sekilas tidak jauh berbeda dengan jam
tangan pada umumnya, yaitu berbentuk bundar. Khusus untuk jam Braille ini hanya
tersedia untuk jam tangan. Dan jam Braille tidak dapat mengeluarkan suara
sepertihalnya talking watch. Kemudian, bagaimana tunanetra dapat
mengetahui waktu, sedangkan jam ini tidak mengeluarkan suara seperti talking
watch. Bahkan jam ini masih menggunakan jarum sebagai penunjuk waktunya.
Keunikkan dari jam ini adalah ketika seorang
tunanetra ingin mengetahui waktu, tunanetra dapat membuka kaca luar yang
melindungi isi dari jam tersebut. Ketika kaca terluar dibuka, isi dari jam
Braille itu dapat diraba oleh tunanetra seperti jarum jam dan tanda-tanda
Braille yang mewakili angka-angka. Akhirnya tunanetra juga dapat mengetahui
sang waktu.
Dari dua jenis jam ini, masing-masing memiliki
kelebihan dan kelemahan yang berbeda-beda. Untuk talking watch cenderung rentan
bila terkena air, karena dampak dari air itu dapat merusak speaker tempat
keluarnya suara. Pengaturan nafigasi talking watch lebih sedikit rumit, karena
ada beberapa fungsi digital yang dapat dijalankan, misalnya seperti
mengaktifkan alarm, menyocokan pergeseran waktu ketika tidak sesuai dengan
waktu yang sedang berjalan, menentukan bunyi alarm bahkan beberapa talking
watch punya kemampuan untuk merekam suara dari luar jam dan lain-lain.
Jam Braille sendiri juga demikian, namun
pengaturan nafigasinya tidak serumit talking watch, mengingat penggunaannya
hanya berdasarkan pada tombol kecil yang dapat diputar untuk menyocokkan jam.
Jam Braille ini tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan alarm dan hal lain
yang terdapat di talking watch. Namun, kelebihan jam ini yaitu jauh lebih tahan
terkena air dibandingkan dengan talking watch.
Bila berbicara masalah harga, mungkin bagi
sebagian orang masih relative mahal, karena rata-rata harga dua jenis jam ini
tidak kurang dari Rp. 65.000 sampai Rp. 300.000, tergantung model dan jenisnya.
Keberadaan dua jenis jam ini diakui masih sangat sulit ditemui. Mengingat masih
kurangnya sosialisasi tentang accessibility watch di Indonesia, oleh karena itu
belum ada toko jam yang menjual dua jenis jam ini.
Bila ingin menemukan dua jenis jam ini
hanya terdapat di lembaga-lembaga tertentu yang menangani tunanetra. Namun,
beberapa inndividu tunanetra juga sudah ada yang mulai melirik bisnis ini.
sumber:http://galuhpangestika-plb2011.blogspot.com/2011/12/teknologi-untuk-anak-berkebutuhan.html
0 komentar:
Posting Komentar