1. Proses belajar yang kelompok sudah lakukan,
adalah pengajaran bahasa Inggris pada anak-anak SD kelas 4-5 SD. Mengapa
kelompok memilih pengajaran tersebut? karena Kemampuan bahasa Inggris sudah
seharusnya diajarkan dan digunakan sejak dini. Dengan terbiasanya anak-anak
dalam menggunakan bahasa Inggris secara komprehensif, saya dan kelompok
berharap kemampuan tersebut menjadi modal yang sangat membantu di masa depan. Kelompok menggunakan cara mengajar yang menyenangkan agar anak didik lebih mudah menyerap pengajaran. Pada proses belajar yang sudah dilakukan oleh saya dan
kelompok, kami
melakukan pengajaran dengan mentransformasikan bahan ajar
kepada peserta didik yang
pada prosesnya terjadi interaksi antara pengajar dan
peserta didik sebagai wujud dari bentuk seni dari mengajar. N.L. Gage
mengemukakan 3 unsur dari seni mengajar, yaitu Intuisi
yang merupakan pemikiran dan ide yang menjadi dasar landasan dari pengajaran. Yang
kedua adalah Ekspresi. Ekspresi adalah bagian dari komunikasi dari pengajar
pada peserta didik. Hal ini terjadi untuk menghindari pengajaran yang monoton,
serta dimaksudkan untuk meningkatkan minat peserta didik untuk mengikuti
pelajaran yang diajarkan pengajar. Dan yang terakhir adalah improvisasi yaitu
kemampuan dari pengajar untuk mengubah, menambah, atau mengurangi materi dari
pengajaran sesuai dengan kondisi yang ada (Hal. 6 buku Pedagogi, Andragogi dan
Heutagogi)
2. Menurut teori
Multivarian model (hal 65 buku Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi), ada 5 varian
dari pedagogi transformatif, yaitu model jaringan integratif, model
pembelajaran ekspansif, model penciptaan pengetahuan, model praktik komunitas,
dan model bangun pengetahuan. Model-model ini memiliki kesamaan karena sifatnya
menunjukkan integrasi pembelajaran dengan sistematik dan menurut pada konteks
sosial. jika dikaitkan dengan peran pribadi pada saat pengajaran bahasa
inggris, ada beberapa hal yang menurut saya integratif dengan teori. Misalnya
pada model ekspansif, saya berusaha untuk berbahasa inggris di depan siswa,
agar pengetahuan mereka mengenai apa yang bisa mereka capai di masa depan bisa
terlihat. Dengan kata lain mereka dapat mengembangkan kemampuan mereka. Lalu
dengan model praktik komunitas, saya dan kelompok mencoba membuat games yang melibatkan komunitas siswa
tersebut seperti mengenal satu sama lain, dan bermain tebak-menebak. Pada model
bangun pengetahuan, saya mencoba membantu siswa membangun pengetahuannya
sendiri dengan vocabulary-vocabulary yang akan sering digunakan mereka di masa
depan. Sedangkan dalam model penciptaan pengetahuan, saya menciptakan
serangkaian kata dalam introduction
sehingga mereka dapat mudah mengadaptasi, seperti: i live at... akan lebih mudah disebut dari pada "my address is at..”. lalu pada akhirnya
ini akan membuat jaringan integratif dimana mereka akan mengaplikasikan
pengetahuan yang mereka dapatkan secara holistik.
3. Pada pembahasan
kenikmatan belajar (hal 118 buku Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi), saya
mendapatkan fakta tentang bagaimana perjuangan pengajar mendapatkan kelas yang
optimal dan kontributif. Juga ada interaksi antar kelompok, adanya feedback, penggunaan media dan TIK yang
optimal, dan hubungan setiap individu dengan kebutuhannya atas pendidikan. Jika
ditelaah, di mata kuliah Pedagogi sangat sarat dengan TIK dan media. terbukti
dengan pemberian komentar terhadap kelompok presentasi menggunakan media Facebook. Kemudian interaksi antar
kelompok juga terlihat baik-baik saja, dimana kebanyakan presentasi biasanya
akan di beri tambahan dan saran. Namun jika dilihat dari sisi bagaimana
feedback mahasiswa dan kontribusi mahasiswa di kelas ini, cenderung submisif,
sehingga adalah hal yang tepat untuk pengajar dengan memberikan energizer dan beberapa pengajaran yang
variatif. overall, saya merasa mata
kuliah pedagogi ini sudah mencapai kesuksesan dimana saya dan saya yakin
mahasiswa lain, telah mendapatkan kenikmatan belajar.