Psikolog, dokter, guru, polisi,
auditor adalah beberapa contoh profesi yang ada di mana pun, dan
profesi-profesi ini adalah profesi yang mulia. (Tentunya masih ada
berbagai profesi lain, tetapi ijinkan saya hanya menuliskan beberapa
saja, untuk menghemat waktu menuliskan catatan ini.) Ada usaha keras
untuk mencapai target kompetensi yang diembankan pada profesi-profesi
tersebut, dan biasanya ada pihak-pihak yang akan menimbang dan menilai
kelayakan kompetensi itu di kemudian hari. Ijin praktik berpotensi
dicabut, ijazah berpotensi dibatalkan, gelar berpotensi diambil
kembali, jika terjadi penyelewengan terhadap kode etik profesi.
Sedemikian ketatnya aturan yang diberlakukan di dalam organisasi
profesi (seharusnya), semata-mata untuk melindungi dan mengingatkan
anggotanya, agar tetap berada di jalur karir dan profesi yang benar.
Namun, di dalam kenyataannya, senantiasa ada usaha pihak-pihak lain
untuk menyalahgunakan profesi tertentu, untuk dan atas nama kepentingan
pribadi dan golongan mereka. Psikolog dan dokter sebenarnya adalah
profesi yang tidak saja berfungsi kuratif dan rehabilitatif
(menyembuhkan, mengobati, memulihkan) tetapi juga berfungsi preventif
(mencegah masalah dan gangguan, supaya tetap sehat, produktif, dan
berkarir cemerlang). Akan tetapi, jika dipikir-pikir dan diingat-ingat,
berapa banyak orang yang datang ke psikolog untuk berkonsultasi
sebelum terjadinya masalah atau gangguan yang parah, atau datang ke
dokter sebelum penyakitnya sukar ditangani lagi? Pengalaman praktik
saya menunjukkan bahwa lebih banyak orang datang untuk menangani
masalah yang masuk kategori cukup parah hingga parah sekali, ketimbang
datang untuk berbincang-bincang tentang strategi pengembangan diri dan
pencapaian prestasi. (kemungkinan juga karena praktik saya di bidang
klinis, bukan di bidang pengembangan diri :D jadi lazimnya memang mereka
datang untuk tindakan konseling dan psikoterapi atas masalah pribadi
dan keluarganya).Terkait dengan profesi yang diemban, ada beberapa hal
yang menguak di benak saya dan akan saya tuangkan di dalam tulisan ini
lebih lanjut. Anggaplah ini sebagai pesan awal tahun bagi Anda sekalian.
Pertama, ingatlah baik-baik bahwa Anda memilih profesi yang sedang
Anda tekuni saat ini. Pilihan itu seharusnya tidak dipaksakan orang
lain, jadi janganlah mengeluh. Berjuanglah untuk menggapai predikat
professional di bidang Anda, dan jadikan diri Anda teladan untuk
kebaikan banyak pihak. Kembangkan diri Anda untuk kebaikan Anda sendiri,
belajarlah tanpa henti, dan baktikan diri Anda untuk profesi Anda.
Hargai dan junjung profesi Anda, yang merupakan bagian dari hidup Anda
sendiri. Jabatan dan kedudukan dapat berakhir, profesi itu melekat
hingga akhir hayat.
Kedua, ingatlah ikrar profesi Anda yang pernah Anda ucapkan di
hadapan publik. Anda berjanji untuk tidak berpihak atas golongan atau
kelompok tertentu, untuk kepentingan tertentu, dan atas nama orang atau
pihak tertentu. Anda harus tetap menjunjung tinggi profesionalisme,
menolong orang sesuai kapasitas Anda, berbagi ilmu secara profesional.
Jangan gadaikan harga diri Anda, jangan jual nama baik Anda untuk
sejumput uang, karir atau jabatan tertentu, ketenaran sesaat, demi
membela orang yang salah, atau membenarkan orang yang berbuat keliru.
Jangan sembarang menawarkan barang atau jasa untuk menguntungkan diri
Anda sendiri (misalnya memberikan latihan tes bagi orang yang sedang
melamar pekerjaan atau mendaftar masuk ke program profesi tertentu,
walaupun uangnya lumayan menjanjikan, ingatlah baik-baik Anda pernah
mengucapkan ikrar profesi). Jangan menjual seminar atau ceramah Anda
demi mendapatkan uang banyak, walaupun isi seminar tidak sesuai dengan
hasil penelitian (bahkan belum pernah menjalani proses penelitian yang
ilmiah). Jangan mengobral pelatihan Anda untuk uang semata-mata, dan
karenanya Anda menginjak-injak harkat dan martabat Anda sendiri.
(misalnya mengobral pelatihan hipnotis 1 hari untuk keberhasilan di
bidang ini dan itu padahal seharusnya Anda tahu bahwa pelatihan
hipnoterapi itu membutuhkan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan
karena dasar teorinya harus dikuasai lebih dulu, atau pelatihan CBT
yang jelas-jelas terapi dijual untuk umum, karena dianggap sekadar
latihan untuk mengembangkan diri sendiri, padahal untuk menguasai CBT
sendiri dibutuhkan waktu tahunan). Berhati-hatilah dalam memberi
komentar di media massa, dan waspadailah pesan publik Anda, jangan
sampai orang lain menyalahgunakan ucapan atau tulisan Anda untuk hal-hal
yang menguntungkan mereka dan menjatuhkan orang lain. Apalagi saat ini
jalur media terbuka lebar untuk mengenalkan siapa Anda, baik melalui
surat kabar dan majalah, radio, televisi, ataupun internet. Saya pernah
menolak dengan tegas stasiun televisi yang menawari saya untuk rekaman
dalam rangka mengisi acara bulan Ramadhan dengan topik dampak puasa
secara psikologis. Bukan karena saya tidak paham makna dan perilaku
berpuasa, tetapi karena saya tidak merasa cukup berkompetensi untuk
berbicara tentang hal tersebut, apalagi karena saya bukan seorang
Muslim. Saya sarankan mereka mencari psikolog muslim saja, untuk
kemaslahatan banyak pihak.
Ketiga, sadari kapasitas kompetensi Anda. Bilamana Anda telah
memenuhi standar kompetensi tertentu, kerjakanlah bagian Anda di bidang
tersebut. Bila ada bagian lain yang kurang sesuai dengan kompetensi
Anda, belajarlah untuk mencukupi bagian tersebut, sehingga Anda dapat
disebut kompeten di bidang itu. Sementara itu, berikan kesempatan kepada
orang lain atau pihak lain yang lebih kompeten dari Anda, belajar dan
bergaullah dengan orang-orang yang memilih kompetensi mumpuni, untuk
meningkatkan kompetensi Anda juga.
Psychology Hints: Jangan ragu untuk mengejar
pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi baru karena kita tidak pernah
mengetahui kapasitas kita yang sesungguhnya sebelum kita mencoba.
Jangan puas dengan daerah kenyamanan kita, bergeraklah, hadapilah
tantangan, dan jadilah pribadi yang sukses bukan karena mendompleng
nama orang lain atau institusi tertentu, tetapi karena kita dikenal
sebagai orang yang mumpuni di suatu bidang. Saya sedang belajar dan
masih akan terus belajar, semoga kita pun berminat serupa dengan saya.
http://psikologi.tarumanagara.ac.id/news_media/read/media_articles/menjadi-profesional-di-dalam-profesi-anda
0 komentar:
Posting Komentar