Kamis, 11 April 2013

Premanisme: Dorongan Psikologis Anak?

Berbagai media (baik media cetak maupun elektronik) telah banyak memberitakan aksi premanisme yang dilakukan oleh pelajar. Contoh aksi premanisme yang banyak dilakukan oleh pelajar saat ini antara lain seperti: tawuran antar geng atau siswa, perampasan barang milik siswa lain dengan paksa, memeras teman-temannya ataupun tidak sopan terhadap orang lain juga kepada guru. Sikap premanisme tersebut telah banyak dijumpai di kalangan pelajar, bahkan pelajar ibu kota yang notabene lebih mengenal dekat pendidikan formal dibanding anak desa yang belum tentu mengenal/mengenyam pendidikan. Mestinya mereka lebih paham apa guna pendidikan. Saya prihatin akan hal ini, mengingat tingkat keamanan di Medan juga sangat menegerikan sekarang. 

berikut ada makalah yang mungkin bisa membuat kita sadar mengapa hal itu terjadi.





I. Pengertian Pelajar
Sebutan “Pelajar” diberikan kepada peserta didik yang sedang mengikuti proses pendidikan dan pembelajaran untuk mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang dan jenis pendidikan. Peserta didik dalam arti luas. Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar di sekolah (Sinolungan, 1997).
Peserta didik dalam arti sempit inilah yang disebut sebagai pelajar. Dikatakan pelajar sebab mereka mengikuti pembelajaran dalam konteks pendidikan formal , yakni pendidikan di sekolah. Melalui pendidikan formal inilah pelajar diajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan, seperti Ilmu Pengetahuan Alam, Sosial, Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan masih banyak lagi. Diharapkan, selama mengikuti kegiatan pembelajaran, siswa mampu mengembangkan dirinya baik secara social, emosi, intelektual, bahasa, moral dan kepribadian ke arah positif yang diinginkan semua orang. Perkembangan yang dialami pelajar berbeda-beda. Tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar. Tidak selamanya perkembangan pada diri pelajar menuju pada hal positif. Adakalanya beberapa pelajar justru menunjukkan perkembangan ke arah negatif, salah satunya aksi premanisme yang marak dilakukan oleh pelajar di berbagai daerah saat ini.
Sangat disayangkan, sebab hakikat seorang pelajar adalah belajar dan menuntut ilmu.

Lanjutan: Click The Title
 

II. Faktor yang Mempengaruhi Belajar Siswa
Belajar adalah suatu aktivitas yang menuju ke arah tujuan tertentu. Untuk mencapai tujuan itu perlu adanya faktor-faktor yang perlu diperhatikan, misalnya saja faktor bimbingan.
Masalah belajar merupakan inti dari kegiatan di sekolah. Sebab semua sekolah diperuntukkan bagi berhasilnya proses belajar bagi setiap siswa yang sedang studi di sekolah tersebut. Dengan bimbingan sekolah diartikan suatu proses bantuan kepada anak didik yang dilakukan secara terus-menerus supaya anak didika dapat memahami dirinya sendiri, sehingga sanggup mengarahkan diri dan bertingkah laku yang wajar, sesuai tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. (Drs. Ny. Singgih D. Gunarsa tahun 1981, halaman 25).
Tujuan bimbingan dan penyuluhan bagi murid adalah untuk:
1. membantu dalam memahami tingkah laku orang lain.
2. membantu murid-murid supaya hidup dalam kehidupan yang seimbang antara aspek fisik, mental dan sosial.
3. membantu proses sosialisasi dan sikap sensitif terhadap kebutuhan orang lain.
4. membantu murid-murid untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai dengan kecakapan, minat, bakat, kecakapan belajar, dan kesempatan yang ada.
5. membantu murid-murid untuk mengembangkan motif-motif intrinsic dalam belajar, sehingga dapat mencapai kemajuan yang berarti dan bertujuan.
6. memberikan dorongan dalam pengarahan diri, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan keterlibatan diri dalam proses pendidikan.
7. mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri (self acceptance).
8. membantu murid-murid untuk memperoleh keputusan pribadi dalam penyesuaian diri secara maksimal terhadap masyarakat.
Tujuan bimbingan tersebut berfungsi sebagai kontrol pada diri siswa. Jika tujuan-tujuan tersebut tidak tercapai secara maksimal (bahkan kurang), bisa jadi hal itu yang dapat menyebabkan cepat berkembangnya sikap dan sifat premanisme dalam diri pelajar tanpa ada kontrol sedikitpun.
Selain itu masih banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian tujuan belajar siswa selain bimbingan, diantaranya:
1. kemampuan pembawaan,
2. kondisi fisik orang yang belajar,
3. kondisi psikis anak,
4. kemauan belajar,
5. sikap terhadap guru, mata pelajaran dan pengertian mereka mengenai kemajuan mereka sendiri,
6. motivasi,
7. ulangan.

III. Kaitan Antara Belajar dengan Sikap Premanisme Pelajar
Untuk mencegah berkembangnya sikap premanisme dikalangan pelajar, sebagai pendidik guru mempunyai peran yang amat besar. Seorang guru sekaligus pendidik berkewajiban mempelajari psikologi anak (peserta didik) Psikologi anak mempelajari ciri-ciri khusus yang terdapat di antara masa kanak-kanak dan masa puber (remaja). Salah satunya dari segi perkembangan.
Manfaat mempelajari psikologi anak bagi pendidikan adalah:
1. untuk perkembangan ilmu itu sendiri
2. guna pengobatan dalam bentuk tingkah laku anak
3. dalam hubungannya dengan pendidikan
Perkembangan itu selalu berarti “diferensiasi” artinya pada setiap tahap dari seluruh perkembangan anak itu mulai adanya diferensi baru pada anak itu baik jasmani maupun rohani. Karena itu dalam usaha pendidikan baik orang tua maupun guru (sekolah) selalu menuju ke arah keseimbangan, sehingga tidak terjadi kelainan pada diri anak. Perlu dipahami perkembangan-perkembangan dalam keluarga, maka keluarga menduduki tempat terpenting dalam pembentukan kepribadian anak. Sehubungan dengan mempelajari psikologi anak dan perkembangannya Langeveld menyatakan:
1. Perkembangan anak itu dipengaruhi oleh alam lingkungannya.
2. Dalam usaha mendidik anak, pendidikan yang bertanggung jawab oleh karena itu pendidikan harus merumuskan sebaik-baiknya.
3. Dalam usaha mendidik belum ada usaha sempurna yaitu dalam usahanya mengembangkan yang positif yang ada pada anak.
Dalam perkembangan manusia secara umum ada beberapa aliran atau pendapat antara lain:
1. Aliran korvegensi, bahwa perkembangan manusia itu dipengaruhi oleh faktor dasar dan ajar. Aliran ini dipelopori oleh W. Stern.
2. Aliran nativisme, yaitu bahwa yang membentuk pribadi manusia itu berbentuk atau berasal dari faktor-faktor dari dalam. Aliran ini dipelopori oleh Yean Yaques Rousseau.
3. Aliran empirisme, yaitu pribadi manusia itu ditentukan oleh faktor dari luar. Teorinya disebut tabularsa. Pandangan ini dipelopori oleh John Locke.
Menurut teori ini faktor dari luar lebih menentukan pada faktor dari dalam. Menurut W. Stern pribadi manusia itu dibentuk dari kedua factor yaitu faktor luar dan dari dalam. Oleh Ki Hajar Dewantara dikenal faktor dasar dan faktor ajar, atau factor bawaan dan lingkungan. Faktor dari luar itu terdiri dari faktor-faktor social dan non sosial. Faktor-faktor itu pulalah yang mempengaruhi berkembangnya aksi premanisme di kalangan pelajar.
Intinya banyak faktor yang mendorng sikap premanisme dalam diri pelajar.

IV. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Premanisme Pelajar
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang mempengaruhi sikap premanisme dalam diri pelajar antar lain:
1. Perkembangan belajar siswa
2. Kondisi pembelajaran di sekolah
3. Kondisi psikis pelajar
4. Kemauan belajar
5. Bahan ajar
6. Motivasi
7. kondisi lingkungan, baik pendidikan, keluarga maupun masyarakat
8. Kondisi fisik, mental, status sosial
Pelajar yang melakukan aksi-aksi premanisme tentu saja dikategorikan sebagai anak yang bermasalah.

V. Definisi anak Bermasalah
Seorang siswa dapat dikategorikan sebagai siswa yang bermasalah apabila ia menunjukkan gejala-gejala penyimpangan dari perilaku yang lazimnya dilakukan oleh anak-anak pada umumnya. Penyimpangan perilaku ada yang sederhana, ada juga yang ekstrim. Penyimpangan perilaku sederhana misalnya: mengantuk, suka menyendiri, kadang terlambat datang, sedangkan yang ekstrik contohnya sering membolos, memeras teman-temannya, bersikap tidak sopan pada orang lain maupun guru, ikut tawuran antar siswa atau antar geng. Sebagian dari perilaku ekstrim inilah yang disebut sebagai sikap premanisme.
Secara garis besar pangkal soal masalah-masalah siswa dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu: internal dan eksternal.
a. Internal
Sebab-sebab internal ialah yang berpangkal dari kondisi si murid itu sendiri. Hal ini bisa bermula dari adanya kelainan fisik maupun kelainan psikis.
Anak yang menderita kelainan fisik akan merasa tertolak untuk hadir di tengah-tengah temannya yang normal. Kondisi ini akan membuat anak menjadi sasaran utama anak lain yang suka menindas temannya. Sedangkan kelainan psikis ialah kelainan yang terjadi pada kemampuan berpikir (kecerdasan) anak.
b. Eksternal
Sebab-sebab eksternal adalah sebab-sebab yang hadir dari luar si murid. Sebab-sebab eksternal berpangkal dari keluarga, pergaulan, salah asuh, atau pengalaman hidup yang tak menyenangkan.
Lingkungan keluarga adalah lingkungan yang pertama kali dikenal oleh anak. Anak mulai menerima nilai-nilai baru dari dalam keluarga dan dari keluargalah anak mulai mensosialisasikan diri. Lingkungan kedua yang dikenal oleh anak adalah lingkungan masyarakat atau lingkungan pergaulan. Anak-anak yang telah dididik baik oleh orang tuanya anak mendapat kesulitan untuk mengembangkan diri di tengah-tengah lingkungan yang tak baik.
 
VI. Langkah Yang Perlu Diambil Oleh Guru
Masalah-masalah yang dihadirkan oleh siswa, salah satunya aksi premanisme timbul karena banyak faktor. Sebagai pendidik, hendaknya guru menghadapi faktor penyebabnya, tidak sekedar apa yang saat itu ada.
Secara sistematis, langkah-langkah yang perlu diambil meliputi:
a. Memanggil dan menerima pelajar yang bermasalah dengan penuh kasih sayang
b. Dengan wawancara yang dialogis diusahakan dapat ditemukannya sebab-sebab utama yang menimbulkan masalah
c. Memahami keberadaan anak yang sedalam-dalamnya
d. Menunjukkan cara penyelesaian yang tepatuntuk direnungkan oleh anak kemudian untuk dikerjakan
e. Menemukan segi-segi kelebihan anak agar kelebihan itu diaktualisir guru mengatasi kekurangannya
f. Menanamkan nilai-nilai spiritual yang benar
VII. Kesimpulan
Sikap premanisme pada diri pelajar bukan muncul begitu saja. Ada banyak faktor yang melatarbelakangi aksi-aksi premanisme yang marak diperbuat oleh pelajar akhir-akhir ini. Tetapi hal tersebut bukan tidak bisa dihentikan. Ada banyak cara untuk mencegah berkembangnya aksi premanisme. Salah satu oknum yang berperan besar untuk menghentikan aksi premanisme itu adalah guru yang tidak hanya bertindak sebagai pengajar, tapi juga pendidik.

VIII. Saran
Alangkah baiknya jika tidak hanya guru yang berperan mengatasi aksi premanisme, tetapi kita semua harus bekerja sama mengatasinya. Sebab sikap premanisme mengurangi rasa tanggung jawab dalam diri pelajar, padahal pelajar adalah ujung tombak masa depan bangsa.

Psychological Hints: Bila beberapa faktor di atas tidak terpenuhi, tentu saja pelajar sulit mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan sebelumnya. Hal itu dapat membuat mereka merasa kesulitan dalam belajar, bahkan dapat menganggap pembelajaran sudah tidak menyenangkan lagi dan tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka secara educatif. Alasan ini yang dapat menyebabkan anak(pelajar) mencari “penyegaran” saat berada pada masa sekolah.
Aristoteles membagi perkembangan manusia sampai umur 21 ahun dalam 3 septennia, yaitu: 0-7 tahun: fase bermain (fase egosentris, fase illusionistis), 7-14 tahun: fase sekolah dasar (fase realistis), 14-21 tahun: fase pubertas (fase idealistis). Pada fase kedua dan ketigalah, pelajar berpotensi melakukan aksi premanisme.

DAFTAR PUSTAKA
Drs H. Abu Ahmadi dan Drs. Widodo Supriyono. 1997. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Drs. Mustakim dan Drs. Abdul Wahid. 1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Husen, Torsten. 1995. Masyarakat Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Kurnia, Inggridwati dkk. 2007. Perkembangan Belajar Peserta Didik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Soeitoe, Samuel. 1982. Psikologi pendidikan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Winataputra, Udin S. dkk. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.

http://windykm.wordpress.com/2009/07/24/premanisme-dalam-diri-pelajar/

0 komentar:

Posting Komentar