Kamis, 06 Juni 2013

Tugas Akhir Psikologi Pendidikan: Observasi E-Learning


Tugas Observasi E-learning


O
L
E
H
Kelompok Satu:
-         R.M Afif Andri nabawi                   (121301010)
-         Muhammad Yusuf Lubis      (121301028)
-         Vina Aulia Pratiwi                 (121301072)
-         Ika Maria                               (121301114)
-          Al Mira Putri                          (121301116)







KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME yang telah melimpahkan hidayah dan karunia-Nya sehingga laporan hasil observasi ini dapat terselesaikan. Laporan ini disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah Psikologi Pendidikan dari hasil kegiatan observasi di SMA Harapan 1 Medan. Saran dan kritik dari pembaca sangat penulis harapkan untuk perbaikan laporan observasi ini karena penulis menyadari bahwa laporan observasi ini masih banyak kekurangan. Semoga laporan observasi ini memberi manfaat bagi pembacanya.
Medan, 6 juni 2013



Kata Pengantar
Daftar Isi
                A.            Pendahuluan
                 B.            Identitas Sekolah
                 C.            Objekstif Observasi
                D.            Teori  Pendekatan Untuk Pembelajaran
I.                   Pendekatan Behavioral
II.                Pendekatan Kognitif
                 E.            Motivasi
I.                   Persepektif tentang motivasi
II.                Motivasi untuk meraih sesuatu
                  F.            Orientasi Belajar
I.                   Teacher Center Learnig
II.                Student Center Learning
                G.            Manajemen Kelas
                                     I.                Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
                                  II.                Menciptakan Lingkungan Positif Untuk Pembelajaran
         H.      Laporan Hasil Observasi
                   I.         Wawancara
                  II.         Fasilitas Kelas
                 III.         Evaluasi
          I. Rangkuman Hasil Observasi
                   I.         Menurut kelompok
                  II.         Menurut Pandangan Pribadi  
          J. Testimoni Tiap Anggota Kelompok
                   I. R.M Afif Andri Nabawi
                  II. Muhammad Yusuf Lubis
                 III. Vina Aulia Pratiwi
                 IV. Ika Maria
                  V. Al Mira Putri

A. Pendahuluan
Beberapa waktu belakangan ini, beberapa sekolah menggunakan metode pembelajaran yang baru yaitu e-learning.  Sedangkan pengertian e learning adalah  pembelajaran jarak jauh (distance Learning) yang memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer atau Internet. E-Learningmemungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran/perkuliahan di kelas. E-Learning sering pula dipahami sebagai suatu bentuk pembelajaran berbasis web yang bisa diakses dari intranet di jaringan lokal atau internet. Sebenarnya materi e-Learning tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal maupun internet, distribusi secara off-line menggunakan media CD/DVD pun termasuk pola e-Learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat di mana dia berada.
Kami mencoba meneliti di sebuah sekolah untuk melihat apakah konsep pembelajaran e learning ini dapat berfungsi dengan baik dan apakah metode ini lebih baik dari pada metode pembelajaran yang lama. Di sekolah yang kami teliti, menggunakan metode e learning sikron, offline, dan online.








B. Identitas Sekolah
Nama Sekolah             : SMA swasta harapan 1
Alamat                                    : Jl. Imam Bonjol No. 35
Luas Tanah                  : 5533 meter persegi
Tanggal Diresmikan    : 4 Februari 1967
Jumlah Lokal/kelas      : 18 Kelas
Semboyan                   : Iman, Ilmu, Amal
Kepala Sekolah           : DRS. H. SOFYAN ALWI M. HUM
Wakil Kepala Sekolah 1: DRS. ANWAR
Wakil Kepala Sekolah 2: AGUS SUPRIYADI, SH
Wakil Kepala Sekolah 3: EFLIN NURIADIN, S.PD
 Jumlah Guru (aktif)    : 46 orang
Staff                            : 6 orang
Jam aktif belajar          : 07.30-02.00 (Senin-Kamis) 07.30-11.30 (Jumat-Sabtu)
Fasilitas                       :
a)      Galery ATM
b)      Ruang UKS
c)      Koperasi
d)     Musholla
e)      Lapangan Basket
f)       Lab computer
g)      Lab Kimia
h)      Lab Fisika
i)        Lab Biologi
j)        Perpustakaan
k)      Lab Bahasa

Unit Kegiatan siswa/ekstrakurikuler :
a)      Futsal
b)      basket
c)      English Club
d)     PMR
e)      Pramuka
f)       Paskhas (paskibra)
g)      Paduan Suara
h)      Badminton
i)        Ansamble Musik SMA HARAPAN 1 MEDAN

Sejarah Sekolah :
Lahirnya Yayasan Pendidikan Harapan merupakan salah satu manifestasi dari kehendak masyarakat yang merasa tertinggal dalam bidang pendidikan baik karena penjajahan maupun akibat kurangnya perhatian orde lama.
Dengan munculnya orde baru yang lahir tahun 1966, maka pendidikan ditempatkan pada posisi utama dalam proses pembangunan. Sejalan dengan itu beberapa tokoh masyarakat Sumatera Utara baik dari kalangan sipil maupun militer pada waktu itu merasa bahwa lembaga pendidikan yang ada selama ini di Sumatera Utara belum dapat menampung anak-anak sekolah apalagi sekolah yang bersifat umum namun bernafaskan Islam. Mereka mempunyai ide pendirian sebagai berikut:
     1.     Untuk membantu pemerintah menanggulangi pendidikan
     2.     Perlu adanya pendidikan yang lebih baik bagi anak didik, dengan bersyaratan:
           a.       Mempunyai corak bernafaskan agama (Islam)
           b.       Mempunyai mutu pendidikan yang berkualitas

Ide tersebut dituangkan dalam Anggaran Dasar Yaspendhar sebagai maksud dan tujuan sebagai berikut :
  1. Membentuk manusia susila yang berke-Tuhan-an Yang Maha Esa serta mempunyai keinsyafan bertanggung jawab  terhadap usaha mewujudkan suatu masyarakat sejahtera berdasarkan ajaran Pancasila
2.      Membantu pemerintah dalam melaksanakan mempertinggi pendidikan, pengajaran dan penyebaran ilmu pengetahuan dikalangan anak didik khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya menuju tertib mesyarakat ber-Pancasila, segala sesuatu dalam arti kata seluas-luasnya.
Untuk mewujudkan maksud dan tujuan tersebut, disusunlah rencana usaha yang akan dilaksanakan, yaitu:
1.      Menerima anak didik sebanyak-banyaknya dengan tidak memandang perbedaan suku dan mempunyai kepercayaan berkeTuhanan Yang Maha Esa.

2.      Membuka dan membangun taman-taman pendidikan atau rumah-rumah sekolah dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan tingkat Universitas.
3.      Memberikan subsidi/tunjangan belajar kepada pelajar-pelajar yang mempunyai bakat dan kecakapan guna melanjutkan pelajarannya ke tingkat yang lebih tinggi.
4.      Mengusahakan penerbitan, penterjemahan karya ilmiah serta bacaan lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat.
5.      Mengadakan hubungan kerjasama, di bidang pendidikan dengan  negara-negara  sahabat  dalam batas-batas tidak merugikan kepentingan nasional dan mengorbankan kepribadian bangsa.
6.      Mengadakan penelitian untuk kemajuan pengetahuan.

Hasil rumusan dari pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh para tokoh masyarakat tersebut, dibarengi dengan usaha untuk mewujudkannya, telah menunjukkan titik cerah dengan diserahkannya izin pemakaian gedung/tanah Jl. Imam Bonjol No. 35 oleh pemerintah cq Dep. P dan K kepada mereka. Gedung inilah yang dipergunakan oleh Yaspendhar dan belakangan diadakan perbaikan dan pembangunan baru.
Tanah dan gedung ini mulanya bekas sekolah ORANYE SCHOOL, terdaftar atas nama pemiliknya Medansche School Vereeniging dengan Hak Erfpacht. Kemudian setelahkembali ke tangan pemerintah, gedung tersebut diserahkan kepada FKIP Negeri, SHD, SMEA Negeri dan PGSLP Negeri. Pada tahun 1958 gedung ini hanya diberikan pemakaiannya kepada IKIP Negeri Medan dan akhirnya kepada IAIN.
Setelah pemerintah memindahkan sekolah-sekolah tersebut ke tempat lain yang lebih baik, pada tanggal 5 Januari 1967 diadakan serah terima kepada pihak Perguruan Harapan (Berita Acara Serah Terima No. 53/Perw/D/Skp/67), masing-masing ditandatangani oleh Alm. Bapak Moh. Alwi Oemry Kepala Perwakilan P dan K Sumatera Utara waktu itu dari pihak pemerintah dan Bapak Raja Syahnan, SH dari pihak Perguruan Harapan. Luas tanah yang diserahkan itu 5533 meter persegi, dengan bangunan diatasnya terdiri dari 18 lokal belajar. Kelengkapan lainnya saat itu sangat sederhana sehingga perlu perbaikan dan penambahannya.

Perbaikan dan penambahan segera diadakan oleh para pendiri maupun para simpatisan, baik dengan dana dari kantong masing-masing, maupun dengan dana bantuan yang diterima dari Bapak A.J.Mokoginta selaku Pangkoanda Sum waktu itu, Perwakilan P dan K serta bantuan dari para dermawan. Dengan Bismillahirrahmanirrahim, Bapak A.J.Mokoginta meresmikan perguruan ini dengan nama PERGURUAN HARAPAN pada tanggal 4 Februari 1967. Perguruan ini semula membuka sekolah 9 tahun, kemudian belakangan dipecah menjadi SD dan SMP. Akhirnya menyusul dibukanya Taman Kanak-Kanak.
Kata HARAPAN mempunyai makna yang dalam, berupa harapan dari para pendiri, agar melalui lembaga perguruan ini dapat dilahirkan manusia-manusia Indonesia yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Semboyan “IMAN, ILMU, AMAL’ mengandung arti harapan terciptanya manusia yang penuh iman, mempunyai ilmu yang berkualitas dan dengan iman dan ilmu itu akan diamalkan bagi kepentingan negara, bangsa, dan agama.

C.Objekstif Observasi
Waktu Dilakukan        : Kamis, 23 Mei 2013 pada jam 12.30 s/d 14.00
Lama Dilakukan          : 90 Menit
Pembagian Tugas        :Afif                : Pelamar kesekolah, Pewawancara
                                    Yusuf              : Observer,Pewawancara
                                    Ika                   : Observer, Pewawancara
                                    Vina                : Observer, Pewawancara, Dokumentasi
                                    Mira                 : Observer, Pewawancara, Dokumentasi
                                      
Narasumber                 : 1. Tengku Angga Djovanka Putra  (murid, kelas 2 IPS)
  2. Taufik al idrus (murid, kelas 2 IPS)
                          3. Hana Fairuz Prikania Lubis ( murid, kelas 2 IPS)
                                      4. Bapak Dhani Ahmad ( Guru Komputer)
                                      5. Tasya (murid, kelas 2 IPS)


D. Teori Pendekatan untuk Pembelajaran
Ada beberapa pendekatan dalam pembelajaran, diantaranya :
I.                   Pendekatan Bihavioral
Behaviourisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa prilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati bukan dengan proses mental. Menurut kaum behaviouris, prilaku adalah sesuatau yang kita lakukan dan bisa dilihat secara langsung, sedangkan proses mental adalah pikiran, perasaan, dan motif  yang kita alami namun tidak bisa dilihat oleh orang lain. Dalam pendekatan bihavioral ini, terdapat dua pengondisian yaitu :
a.       Pengondisian Klasik
Yaitu tipe pembelajaran dimana suatu organisme belajar untuk mengaitkan atau mengasosiasikan stimuli. Dalam hal ini, stimulus netral akan diasosiasikan dengan stimulus yang bermakna dan menimbulkan kapasitas untuk mengeluarkan respon yang sama. Dalam pengondisian klasik ini, ada dua tipe stimuli dan dua tipe respons, yaitu :
-          Unconditioned Stimulus (US) : sebuah stimulus yang secara otomatis menghasilkan respons tanpa ada pembelajaran terlebih dahulu.
-          Unconditioned Response : respons yang tidak dipelajari yang secara otomatis dihasilkan oleh US.
-          Conditioned Stimulus (CS) : stimulus yang sebelumnya netral yang akhirnya menghasilkan respons setelah diasosiasikan dengan US.
-          Conditioned Response (CR) : respons yang dipelajari yakni respons terhadap stimulus yang terkondisikan yang muncul setelah terjadi pasangan US-CS.

b.      Pengondisian Operan
Yaitu tipe pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari  prilaku yang menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Pengondisian operan ini didasakan pada pandangan E.L. Thorndike yaitu “Hukum Efek Thorndike” yang menyatakan bahwa prilaku yang diikuti dengan hasil positif akan diperkuat dan prilaku yang diikuti dengan hasil negatif akan diperlemah. Dalam pengondisian operan ini ditekankan pada penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment).
-          Reinforcement : konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa sesuatu prilaku akan terjadi. Reinforcement ini terbagi dua yaitu reinforcement positive yang diartikan sebagai frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Sedangkan reinforcement negative adalah frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan.
-          Punishment : konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu prilaku.

II.                Pendekatan Kognitif
Ada empat pendekatan kognitif utama untuk pembelajaran yaitu :
-          Pendekatan kognitif sosial yang menekankan bagaimana faktor prilaku, lingkungan, dan orang (kognitif) saling berinteraksi mempengaruhi proses pembelajaran.
-          Pemrosessan informasi, menekankan pada bagaimana anak memproses informasi melalui perhatian, ingatan, pemikiran, dan proses kognitif lainnya.
-          Konstruktivis kognitif, menekankan konstruksi kognitif terhadap pengetahuan dan pemahaman.
Konstruktivis sosial, fokus pada kolaborasi dengan orang lain untuk menghasilkan pengetahuan dan pemahaman.

E. Motivasi
Motivasi adalah proses memberi semangat, arah, dan kegigihan prilaku, dengan kata lain prilaku yang termotivasi adalah prilaku yang penuh energi,terarah dan bertahan lama.

I.                   Perspektif tentang Motivasi
1.      Perspektif Behavioral
Menekankan imbalan dan hukuman eksternal sebagai kunci dalam menentukan motivasi murid. Pada perspektif ini, digunakan insetif yaitu peristiwa atau stimuli postif atau negatif yang dapat memotivasi prilaku murid. Insentif diyakini dapat menambah minat atau kesenangan terhadap pelajaran, dan mengarahkan perhatian pada prilaku yang tepat  dan menjauhkan mereka dari prilaku yang tidak tepat.

2.      Perspektif Humanistis
Menekankan pada kapasitas murid untuk mengembangkan kepribadian dan kebebasan untuk memilih nasib mereka. Perspektif ini berkaitan dengan pandangan Abraham Maslow bahwa kebutuhan dasar tertentu harus dipuaskan dahulu sebelum memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi.
      
Hierarki Kebutuhan Maslow :
1.      Kebutuhan fisiologis atau dasar
2.      Kebutuhan akan rasa aman
3.      Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
4.      Kebutuhan untuk dihargai
5.      Kebutuhan untuk aktualisasi diri

Aktualisasi diri merupakan kebutuhan yang paling tinggi dan sulit untuk dicapai dalam hierarki kebutuhan maslow karena dibutuhkan motivasi yang kuat untuk mengembangkan potensi diri secara penuh sebagai manusia.

3.      Persfektif Kognitif
Menekankan pada pemikiran murid untuk memandu motivasi mereka sendiri. Persfektif ini juga menekankan arti pentig dari tujuan, perencanaan dan monitoring kemajuan menuju satu tujuan. Persfektif kognitif merekomendasikan agar murid lebih banyak kesempatan dan tanggung jawab untuk mengontrol hasil prestasi nilai mereka sendiri.

4.      Persfektif Sosial
Setiap manusia memiliki kebutuhan afiliasi atau keterhubungan yaitu motif untuk berhubungan dengan orang lain secara aman. Ini membutuhkan pembentukan, pemeliharaan, dan pemulihan hubungan personal yang hangat dan akrab. Kebutuhan afiliasi murid tercermin dari motivasi mereka menghabiskan waktu bersama teman, kawan dekat, keterikatan dengan orang tua, dan keinginan untuk menjalin hubungan positif dengan guru.

I.                   Motivasi untuk Meraih Sesuatu
Terdapat dua jenis motivasi untuk  meraih sesuatu yaitu :
1.      Motivasi Ekstrinsik
yaitu motivasi untuk melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi ekstrinsik sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman.

2.      Motivasi Intrinsik
`     Yaitu motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri).


F. Orientasi Belajar
I. Teacher-Centered Learning (TCL)
Dalam pendekatan ini fokus di sekolah adalah guru. Perencanaan dan instruksi disusun dengan ketat oleh guru. Dalam hal ini, guru juga mengarahkan pembelajaran murid, memiliki ekspetasi yang tinggi atas kemajuan murid, memaksimalisasi waktu yang dihabiskan murid untuk tugas-tugas akademik, dan usaha guru untuk meminimalkan pengaruh negatif terhadap murid.

Perencanaan Teacher-Centered Learning
Ada tiga alat umum dalam perencanaan ini :
1.      Sasaran behovioral (prilaku)
Pernyataan tentang perubahan yang diharapkan oleh guru akan terjadi pada kinerja murid. Menurut Robert Mager (1962) sasaran bihavioral mengandung tiga bagian:
-          Prilaku murid
-          Kondisi dimana prilaku itu terjadi
-          Kriteria kinerja


2.      Menganalisis tugas
Difokuskan pada pemecahan suatau tugas kompleks yang dipelajari murid menjadi komponen-komponen (Alberto & Troutman, 1999). Analisis ini dilakukan melalui tiga langkah (Moyer & Dardig, 1987) :
-          Menetukan keahlian atau konsep yang diperlukan murid untuk mempelajari tugas.
-          Mendaftar materi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas, seperti kertas, pensil, kalkulator, dsb.
-          Mendaftar semua komponen tugas yang harus dilakukan.
3.      Menyusun taksonomi intruksional
Taksonomi adalah sistem klasifikasi. Taksonomi bloom oleh Benjamin Bloom dkk. (1956) mengklasifikasikan sasaran pendidikan menjadi tiga domain :
a.       Domain Kognitif, sasarannya :
-          Pengetahuan
-          Pemahaman
-          Aplikasi
-          Analisis
-          Sintesis
-          Evaluasi
b.      Domain afektif (respons emosional terhadap tugas), sasarannya :
-          Penerimaan
-          Respons
-          Menghargai
-          Pengorganisasian
-          Menghargai karakterisasi
c.       Domain psikomotor, sasarannya :
-          Gerak refleks
-          Gerak fundamental dasar
-          Kemampuan perseptual
-          Kemampuan fisik
-          Gerak terlatih
-          Prilaku nondiskusif

II.                Perencanaan Learner-Centered Learning (SCL)
Pada pendekatan ini fokusnya adalah kepada siswa bukan guru. Dalam hal ini, persepsi murid terhadap linkungan pembelajaran yang positif dan hubungan interpersonal dengan guru merupakan faktor paling penting yang memperkuat motivasi dan prestasi murid (McCombs, 2001 ; McCombs & Quiat, 2001).

Prinsip Learner-Centered yang dikembangkan oleh gugus tugas America Psychological Association (APA) dapat diklasifikasikan menjadi empat faktor :
1.      Faktor kognitif dan metakognitif , terdiri dari 6 prinsip :
-          Sifat proses pembeljaran
-          Tujuan proses pembelajaran
-          Konstruksi pengetahuan
-          Pemikiran stategis
-          Memikirkan tentang pemikiran (metakognisi)
-          Konteks pembelajaran

2.      Faktor motivasi dan emosional
-          Pengaruh motivasi dan emosi terhadap pembelajaran
-          Motivasi instrinsik untuk belajar
-          Efek motivasi terhadap usaha

3.      Faktor sosial dan developmental
-          Pengaruh perkembangan pada pembelajaran
-          Pengaruh sosial terhadap pembelajaran

4.      Faktor pebedaan individual
-          Perbedaan individual dalam pembelajaran
-          Pembelajan dan diversivitas

G. Managemen Kelas
Managemen kelas yang efektif akan memaksimalkan kesempatan pembelajaran murid (Charles, 2002; Everstson, Emmer, & Worsham, 2003). Menegemen lingkungan yang baik adalah mendesain lingkungan fisik kelas untuk pembelajaran yang optimal, menciptakan lingkungan yang positif untuk pembelajaran, menbangun dan menegakkan aturan, mengajak murid berkerja sama, mengatasi problem secara efektif, dan menggunakan stategi komunikasi yang baik.
Ada dua tujuan managemen kelas yang efektif : membantu murid menghabiskan lebih banyak waktu untuk belajar dan mengurangi waktu aktivitas yang tidak diorientasikan pada tujuan, dan mencegah murid mengalami problem akademik dan emosional.

I.       Mendesain Lingkungan Fisik Kelas
·         Gaya Penataan
-          Gaya auditorium tradisional, semua murid duduk menghadap guru.
-          Gaya tatap muka (face to face), murid saling menghadap satu sama lain.
-          Gaya off-set, sejumlah murid (3-4 orang) duduk di bangku tetapi tidak duduk berhadapan langsung satu sama lain.
-          Gaya seminar, sejumlah besar murid (10 atau lebih) duduk din susunan berbentuk lingkaran, persegi, atau bentuk U.
-          Gaya Klaster (cluster), sejumlah murid (4-8 orang) berkerja dalam kelompok kecil.

II. Menciptakan Lingkungan Positif untuk Pembelajaran
·         Strategi Umum
-          Gaya otoritatif
Guru yang otoritatif akan cendrung mempunyai murid yang mandiri, tidak cepat puas, mau berkerja sama dengan teman, dan menujukkan penghargaan diri yang tinggi. Guru otoritatif akan melibatkan murid dalam kerja sama give-and-take dan menujukkan sikap perhatian kepada mereka, menjelaskan aturan dan regulasi, dan menentukan standar dengan masukan dari murid. Stategi menagemen kelas yang otoritatif akan mondorong murid untuk menjadi pemikir yang independen dan pelaku independen.
H. Laporan Hasil Penelitian

I. Hasil wawancara guru

Hasil penelitian yang kami dapat dari wawancara guru kelas, bapak Ahmad Maradhani  yang telah sudah mulai mengajar di SMA Harapan 1 sejak Januari 2011, bahwa E-learning itu sendiri yang merupakan pembelajaran secara online sudah mulai diterapkan di SMA Harapan 1. Namun sayangnya terhambat pemakaiannya dikarenakan server dan website yang bermasalah, oleh karena itu untuk mengatasi hambatan ini, maka bapak Ahmad mencari solusi dengan cara membuat blog pribadi yang digunakan untuk siswa dapat mengambil materi, khususnya dalam mata pelajaran yang diajarkan beliau yaitu TIK.  Namun khusus dalam ujian Bapak Ahmad sendiri menyatakan belum menggunakan metod ujian online hal ini juga dipengaruhi keadaan website yang tidak mendukung namun beliau meyakini bahwa setelah website sekolah tersebut sudah diselesaikan prosesnya maka akan banyak berfungsi untuk mendukung adanyan e-learning dan metode ujian online yang disertakan video pembelajaran dan bukan hal yang tidak mungkin mungkin saja bisa direalisasikan juga. Bapak Ahmad mengatakan bahwa E-learning yang diterapkan dari website tersebut prosesnya sudah berlangsung selama dua tahun yang didukung oleh direktorat pendidikan. Dalam hambatan penggunaan E-Learning itu sendiri bapak Ahmad mengakui bahwa E-learning di SMA Harapan 1 sendiri masih belum direalisasikan karena server dan website yang masih dalam perbaikan dan proses penyelesaian sebagai contohnya saat murid dan guru jika ingin masuk ke website tersebut mengalmi kesulitan dalam ha me-login, namun beliau yakin tidak akan lama lagi hambatan tersebut akan dapat di atasi. Terlebih lagi banyak guru-guru di SMA Harapan 1 yang sudah mulai meng-update bahan ajar merak di website tersebut yang enjadi bukti bahwa website tersebut memang sudah mulai dioperasikan.
Saat ditanyakan peran dan manfaat E-Learning itu sendiri pak Ahmad mengakui E-Learning itu sendiri sangat bermanfaat, beliau merasa terbantu juga dikarenakan dalam menggunakan E-Learning akan membantu guru agar lebih efesien dan hemat waktu untuk mengoreksi tugas dan juga menghemat biaya karena tidak perlu mem-fotocopy bahan ajar yang perlu dibagikan kepada siswa satu per satu. Namun manfaat E-Learning yang paling utama ialah siswa dapat mengakses pelajaran dimana saja dan kapan saja, juga tidak menyusahkan mereka untuk membawa buku yang banyak, cukup menggunakan teknologi saja, contohnya dapat mengaksesnya lewat handphone, ataupun laptop, ditambah banyak murid yang sudah dilengkapi dengan Ipad, Tablet dan smartphone lainnya yang dapat mendukung E-Learning itu sendiri. Bapak Ahmad sendiri lebih memilih E-Learning dalam proses belajar dan mengajar dikarenakan tuntutan jaman sekarang, bahwa sekolah perlu memiliki teknologi seperti contohnya komputer untuk mempermudah proses belajar. Hal ini juga mempengaruhi tuntutan yang mengharuskan guru wajib mengetahui teknologi. Di SMA harapan 1 sendiri sudah memiliki 75% guru yang memang sudah mahir teknologi khususnya komputer. Namun saat ditanyakan keadaan siswa yang belum bisa dilepas jika belajar alias masih perlunya pengawasan  ketat, pak ahmad mengakui penggunaan E-Learning itu juga tidak bisa spotan dilaksanakan dikarenakan siswa belum bisa mandiri dalam belajar dan harus diawasi secara langsung.  Contohnya saja jika diberikan tugas atau ujian, sang guru tidak dapat memastikan bahwa siswa tersebutlah yang mengerjakan tugas tersebut secara pribadi tanpa adanya bantuan orang lain. Menanggapi hal ini, pak Ahmad mengatakan untuk sekarang lebih baik siswa menggunakan E-Learning namun tetap di bawah pengawasan langsung oleh guru. Dalam hal student center learning dan teacher center learning sendiri bapak Ahmad menyatakan bahwa masih lebih cocok menggunakan teacher center learning khususnya di SMA Harapan 1. Karena siswa belum bisa diberikan tanggung jawab untuk mencari materi sendiri dalam proses belajar mengajar.

II.  Fasilitas Kelas

 Khusus dalam ruangan praktek komputer di SMA Harapan 1. Laboratorium komputer SMA Harapan 1 memiliki fasilitas:
·         Ruangan 9x12m
·         Komputer 48 unit
·         Pencahayaan 6 unit lampu
·         AC 6 unit
·         Proyektor
·         Microfon
·         Loudspeaker 2 unit

Dari keterangan diatas dengan bayak siswa yang bekisar 35 siswa per kelasnya, dapat kita nilai bahwa laboratorium komputer di SMA Harapan 1 dilengkapi dengan fasilitas belajar yang sangat baik khususnya dalam hal elektronik.





III. Evaluasi
            Berdasarkan dari hasil observasi yang telah dijelaskan diatas, kami menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa yang kami wawancarai belum terlalu mengenal apa itu e-learning, sistem yang digunakan pada saat e-learning, dan konsep e-learning yang pernah digunakan oleh mereka. Padahal mereka sudah sering menggunakan e-learning dalam kegiatan sehari-hari.

I. Rangkuman Hasil Observasi
I. Menurut Kelompok
            Observasi yang kami lakukan di sekolah SMA harapan 1 swasta. Metode pembelajaran yang mereka lakukan adalah metode behavioral. Ini dikarenakna guru menekankan imbalan dan hukuma dalam menentukan motivasi murid. Sedangkan dalam proses pembelajaran guru menggunakan TCL (teacher center learning). Ini dapat dilihat dari guru yang mengajar di kelas dan menjadi pusat pembelajaran. Seperti member instruksi secara langsung kepada murid. Sedangkan gaya pembelajaran yang digunakan adalah gaya otoritatif. Ini dapat dilihat dari guru yang mengajak murid untuk bekerja sama dalam melakukan pembelajaran. Tapi sayangnya pembelajaran yang dilakukan didalam kelas kurang baik. Ini dikarenakan masih ada murid yang datang terlambat, padahal mereka sedang ujian. Dan juga kondisi kelas yang berisik selama pembelajaran.

II. Menurut Pribadi

J. Testimoni Tiap Anggota Kelompok
I. R.M Afif Andri Nabawi
Pada awal memasuki lab computer SMA harapan 1 medan saya merasa tidak asing sekaligus melepas rindu dengan SMA saya tercinta tersebut. Observasi kali ini saya rasa berbeda dari yang sebelumnya karena kebetulan saya mengenal dekat beberapa junior saya yang kami observasi sehingga observasi menjadi lebih real. Terlebih selama proses observasi berlangsung, saya mendapat kesempatan untuk menyampaikan maksud kedatangan kelompok kami ke sekolah tersebut dan kami mendapat sambutan yang sangat ekshiliratif. Berkaca dari kesuksesan hasil observasi kami, saya masih mengingat bagaimana kerjasama kelompok kami yang sangat tangkas dan cepat serta teliti dalam proses observasinya dimana tugas yang kami selesaikan sangat terintregasi. Disisi lain, saya mengamati (sebagai observer) berusaha seobjektif mungkin menangkap proses-proses dan segala kejadian yang terkombabulasi dalam proses kegiatan belajar mengajar. Tentu saja observasi kali ini menjadi salah satu yang special bagi saya dimana ‘keunikan’ siswa siswi SMA harapan 1 yang notabene junior dekat saya sangat terevelasi. Mulai dari cara mereka memulai pembelajaran, respon terhadap guru dan observer serta dinamika kelas yang sangat dramatis. Output apa yang saya dapatkan? Dari sekian banyak hasil yang saya dapatkan, dapat saya asersikan bahwa ilmu psikologi pendidikan sangatlag aplikatif, terbukti sebagaimana teori-teori yang diajarkan dapat terlihat pada siswa. Lalu juga ternyata dinamika kelas dan cara pengajaran sangat memperngaruhi bagaimana jalannya kelas secara keseluruhan. Dan yang paling utama adalah konsep e-learing serta implementasinya pada pengajaran yang terbukti sangat mumpuni dalam memfasilitasi siswa ataupun minimal menjadi suatu hal penunjang yang sangat efektif. Terlepas dari segala asumsi dan premis mengenai observasi kali ini, saya salut kepada kelompok saya dan kesempatan kami untuk melakukan observasi di SMA Harapan 1 Medan. Overall, observasi psikologi pendidikan sangat berkesan dan melekat dihati.


II. Muhammad Yusuf Lubis
            Pada saat tugas ini diberikan saya merasa senang dan juga merasa sedikit gugup dalam mengerjakan tugas ini. Ini dikarenakan, baru pertama kali ini saya melakukan observasi ke sekolah. Pada awalnya kami bingung menentukan sekolah mana yang akan kami jadikan tempat kami melakukan observasi. Ini dikarenakan kami belum memahami dengan jelas apa itu elearning, tapi setelah mendapat penjelasan dari ibu dina tentang elearning pada saat dikelas. Pikiran kami mulai terbuka dalam menentukan sekolah mana yang akan kami pilih. Akhirnya kami memilih melakukan observasi di sekolah SMA harapan 1. Kebetulan salah seorang anggota kelompok kami adalah alumni daroi sekolah tersebut.
            Pada saat hari H, kami melakukan observasi dengan membagi tugas. Selama proses observasi, saya dapat melihat beberapa teori psikologi pendidikan yang digunakan selama pembelajaran.
           
III. Vina Aulia Pratiwi
Selama kegiatan observasi ini dilakukan saya mendapat banyak pelajaran baru. Karena ini merupakan pertama kalinya saya melakukan observasi langsung selama saya menjadi mahasiswa saya menjadi sangat antusias. Selama kegiatan observasi ini berlangsung kami dapat mengobservasi dengan baik. Para peserta yang diobservasi pun terlihat bertindak seperti biasa tanpa merasa bahwa mereka sedang diobservasi. Melalui kegiatan observasi ini saya dapat melihat berbagai hal dari peserta yang diobservasi. Saya melihat bagaimana motivasi mereka mengikuti pelajaran tersebut, bagaimana orientasi belajar yang mereka lakukan, teori pembelajaran apa yang mereka gunakan, dan bagaimana manajemen kelas yang ada pada ruangan tersebut, sehingga saya bisa mengaitkan teori-teori yang telah saya pelajari pada mata kuliah psikologi pendidikan ke dalam observasi yang kami lakukan tersebut. Kegiatan observasi ini sangat membantu saya untuk lebih mengerti lagi tentang teori-teori yang telah saya pelajari karena saya dapat melihat langsung pengaplikasiannya pada kegiatan observasi ini. Namun, pada saat kegiatan wawancara hanya beberapa orang yang mengerti mengenai konsep e-learning yang sedang kami observasi ini, kebanyakan dari mereka tidak mengerti apa sebenarnya e-learning itu padahal  pada saat itu mereka telah melakukan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode e-learning itu sendiri.
IV. Ika Maria
Perencanaan peneltian diputuskan sehari sebelum prakteknya. Kelengkapan observasi kami lengkapi pada hari H. Dalam proses observasi sendiri sangat terbantu dikarenakan ada anggota kelompok kami yang merupakan alumni sekolah tersebut namun hambatannya adalah ketika kelompok kami dan kelompok lain yang juga memiliki hari yang sama dengan kami observasinya. Maka kami berdiskusi agar tidak saling bertabrakan dalam menyelesaikan Obsrevasi ini. Dalam proses wawancara dan melihat keadaan kelas juga terbilang tepat waktu dari yang kami harapkan.
V. Al Mira Putri
            Testimoni saya mengenai perencanaan dan proses observasi adalah pada saat tugas ini diberikan, kami sudah tahu sekolah mana yang akan di observasi. Lalu Afif sebagai alumni sekolah tersebut datang ke sekolah itu dan bertanya kepada guru TIK disekolah itu untuk menanyakan jadwal yang pas untuk melakukan observasi. Setelah jadwalnya sudah fix, kami melakukan observasi ke sekolah tersebut. Kami sampai di sekolah itu pukul 11.30 WIB dan kami harus menunggu selama 90 menit untuk dapat melakukan observasi karena kelasnya baru mulai pada pukul 13.00 WIB. Sebelum observasi dimulai, kami memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada guru dan siswa-siswi di kelas itu. Setelah itu kami melakukan observasi. Saat observasi berlangsung, kami memperhatikan proses pembelajaran yang berlangsung, seperti perilaku siswa yang berada di kelas tersebut, peran guru, dan lingkungan yang mendukung terjadinya proses pembelajaran, seperti benda-benda atau perangkat yang digunakan. Sebelum kelas berakhir, kami melakukan proses wawancara kepada 5 orang murid dan guru yang terlibat dalam proses pembelajaran tersebut.


Pandangan Secara Personal:
Meninjau ulang secara asumtif apa yang terjadi di pelajaran TIK di waktu observasi kami, sangat terlihat motivasi ekstrinsik pada siswa dimana mereka sangat ‘mark-oriented’ daripada mengejar ilmu yang didapat dari pelajaran tersebut. Teori belajar behavioristik sangat terlihat dimana mereka tidak akan mengerjakan ujian tanpa adanya stimulus dari guru. Terlebih dengan system teacher-centered learning. Mungkin TCL disini sangat membantu untuk mengarahkan studi dari siswa-siswi. Keadaan kelas sangatlah fluktuaktif, siswa hampir sering berjalan-jalan, cenderung lepas dari pengawasan. Namun system kelas yang menggunakan tata kelas auditorium efektif dalam memberikan instruksi pada setiap pengajaran. Berkaca pada teori e-learning romyzosky: sinkron: ya, mereka bersama-sama mengerjakan sesuai instruksi guru. Non sinkron: tidak. Online: ya, menggunakan koneksi internet untuk mendapat tips untuk tugas. Offline: ya, menggunakan power point dan microphone sebagai sumber instruksi utama.

0 komentar:

Posting Komentar