“Di setiap masa, sains adalah hal-hal yang dihasilkan oleh
riset, dan riset tidak lain adalah metode efektif yang telah ditentukan dan
sesuai zamannya. Setiap langkah dalam kemajuan sains atau ilmu pengetahuan akan
bergantung pada langkah sebelumnya, dan proses ini tidak bias dipercepat hanya
dengan berharap.” –boring, 1930
Behaviorisme
Aliran behaviorisme ini didirikan oleh B. Watson.
Behaviorisme menjadi aliran dominan dari 1920-an hingga 1950-an, namun ia tidak
sepenuhnya bebas dari penantang. Pendapat yang menentangnya, yakni psikologi
gestalt, yang menekankan pada pentingnya persepsi pemelajar dalam situasi
pemecahan masalah dan karenanya ia membahas persoalan kognisi. Selain mengajak
orang lain untuk mendukung pendapat behaviorisme, Watson juga mengambangkan
teori emosi behavioral. Dia berpendapat bahwa kehidupan emosi orang dewasa
bersumber dari pengkondisian reaksi emosional insting terhadap berbagai macam
objek dan peristiwa.
Argumen Dasar Behaviorisme
Dalam konteks ini, John Watson mendukung studi perilaku.
Alasannya adalah semua organism menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui
respon, dan respon-respon tertentu biasanya disebabkan oleh peristiwa (stimuli)
tertentu. Stelah mendalami studi perilaku, Watson menemukan riset reflex
motorik dari psikolog Rusia, V.M. Bekheteren. Setelah membaca riset Bekheteren,
Watson makin percaya bahwa control perilaku didunia nyata akan segera dapat
dilakukan.
Asumsi Dasar
1.
Perilaku yang dapat diamati, bukan kejadian mental internal atau rekonstruksi
verbal atas kejadian.
2.
Perilaku harus dipelajari melelaui elemennya yang paling sederhana.
3.
Proses belajar adalah perubahan behavioral.
Sementara
itu, connectionism dari Thorndike menyatakan bahwa belajar merupakan proses
coba-coba sebagai reaksi terhadap stimulus. Respons yang benar akan semakin
diperkuat melalui serangkaian proses coba-coba, sementara respons yang tidak
benar akan menghilang. Akibat menyenangkan dari suatu respons akan memperkuat
kemungkinan munculnya respons. Respons yang benar diperoleh dari proses yang
berulang kali yang dapat terjadi hanya jika siswa dalam keadaan siap.
Teori
behaviorism dari Watson menyatakan bahwa stimulus dan respons yang menjadi konsep
dasar dalam teori perilaku haruslah berbentuk tingkah laku yang dapat diamati.
Interaksi stimulus dan respons merupakan proses pengkondisian yang akan terjadi
berulang-ulang untuk mencapai hasil yang cukup kompleks.
Ciri dari teori
behavioristik adalah
mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan
peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan
pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan
kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang
diinginkan. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku
siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil
belajar.
Gestalt (teori belajar)
Teori belajar menurut
psikologi Gestalt sering kali disebut insight full learning atau field
theory. Ada pula istilah lain yang sebetulnya identik dengan teori ini,
yaitu organismic, pattern, holostic, integration, configuration,dan closure.
Jiwa manusia, menurut aliran ini,
adalah suatu keseluruhan yang berstruktur atau merupakan suatu sistem, bukan
hanya terdiri atas sejumlah bagian atau unsur yang satu sama lain terpisah,
yang tidak mempunyai hubungan fungsional. Manusia adalah individu yang
merupakan berbentuk jasmani – rohani. Sebagai individu, manusia itu bereaksi,
atau lebih tepatnya berinteraksi, dengan dunia luar, dengan kepribadiannya, dan
dengan cara yang unik pula. Sebagai pribadi, manusia tidak secara langsung
bereaksi terhadap suatu perangsang, dan tidak pula reaksinya itu dilakukan
secara trial and error seperti dikatakan oleh penganut teori conditoning.
Atas dasar itu, maka belajar, dalam
pandangan psikologi Gestalt, bukan sekedar proses asosiasi antara stimulus –
respons yang kian lama kian kuat disebabkan adanya berbagai latihan atau
ulangan – ulangan. Menurut aliran ini, disebabkan adanya berbagai latihan atau
ulangan – ulangan. Menurut aliran ini belajar itu terjadi apabila terdapat
pengertian (insight). Pengertian ini muncul jika seseorang. Setelah
beberapa saat, mencoba memahami suatu problem, tiba – tiba muncul adanya kejelasan,
terlihat olehnya hubungan antara unsur – unsut yang satu dengan yang lain,
kemudian dipahami sangkut – pautnya, untuk kemudian dimengerti maknanya.