1. Statis vs Dinamis
Persyaratan guru ada yang cenderung statis
dan yang yang dinamis. Persyaratan yang cenderung ststis, berupa persyaratan
formal yaitu : kualifikasi akademik dan sertifikat guru. Persyaratan yang
bersifat dinamis yaitu kompetensi subtantif, karena harus menyesuaikan dengan
kemajuan ilmu pengetyahuan, teknologi, dan perkembangan masyarakat. Upaya
memenuhi persyaratan yang dinamis ini sangat tergantung pada prakasa lembaga
dan inisiatif penyandang profesi guru itu sendiri.
Era Transisi
Pendidikan merupakan mekanisme penting untuk
mencapai tujuan pembangunan. Dalam proses transisi menuju masyarakat
ekonomisberbasis TIK semakin dirasakan kebutuhan akan penciptaan dan desiminasi
pengetahuan. Pada era transisi ini, sekolah dan lembaga pendidikan tinggi8
harus bermetamorfosis agar tidak mengalami kemunduran di tengah-tengah tekanan
yang makin kompetitif. Jka tidak, sekolah dan perguruan tinggi akan tertinggal
akan kemjuan ekonomi berbasis penegetahuan.
Istilah pedagogi tidak hanya berkaitan dengan strategi atau gaya mengajar dalam
makna interaksi guru siswa semata, melainkan mengalami perluasan makna, karena
berkaitan dengan tanggung jawab guru untuk melampaui peran tradisional mereka,
memperluas ruang lingkup kerja mereka dalam berpartisipasi aktif untuk kemajuan
pengetahuan, serta peran yang diberikan kepada TIK untuk bertindak sebagai
mediasi artefak munculnya sistem jaringan pendidikan, mendukung kolaborasi
secara peer-to-peer, termasuk
otonomi pembelajaran dan rasa bertanggng jawab untuk belajar.
2.
Esensi Pedagogi Transformatif
Dengan pedagogi transformatif, konstruksi
sosial kurikulum dipahami sebagai seperangkat nilai-nilai dan keyakinan yang
mencerminkan esensi anak didik sebagai makhluk transformasional, bukan sekedar
dipersepsi sebagai interaksi antar merekan dan guru. Konsekuensi dari perubahan
ini adlah pengenalan kembali bentuk-bentuk baru pedagogi diakaitkan dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pedagogi transformatif harus memilki
agenda bagi proses penciptaan pengetahuan, fasilitas, hubungannya dengan
kekuasaan, serta kurikulum berbasis produk ilmu pengetahuan itu sendiri.
Era TIK inipun mendorong penyempurnaan proyek-proyek global berskala besar di
bidang teknologi pendidikan.
3.
Resolusi Konflik
Pendidikan bukan menjadikan wahana
trasformasi ideologi perlawanan, melainkan mestinya banyak yang menawarkan
resolusi konflik. Siswa mestinya berpikir alternatif untuk tidak selalu
menampilakan tindakan demontratif, kecualai resolusi dialogis benar-benar
macet.
4.
Komunitas Praktik
Aplikasi TIK dalam pembelajaran telah memberi
pemaknaan baru pada pedagogi. Meski ada perwarnaan baru, namu n esensi pedagogi
tetap tidak keluar dari kesejatiannya, antara lain :
- Pedagogi kerja, diamana siswa belajar dengan membuat produk yang bergunua atau menyediakan layanan yang bermanfaat.
- Pembelajaran kooperatif, dimana kegiatan mengajar dan belajar dilakanankan berdasarkan kerjasama dalam proses yang produktif.
- Pembelajaran berbasis penyelidikan, dimana kagiatan ini dapat dilakukan dengan metode trial dan error yang melibat kelompok kerja, dll
- Metode kerja ilmu pengetahuaan alam atau sains, khususnya kegiatan pembelajaran dengan pendekatan induktif, pendekatan ilmiah, dsb.
- Pembelajaran berbasis atau berpusat pada minat siswa belajar dan rasa ingin tahu mereka.
5.
Objek dan Instrument
Pedagogi transformatif tidak hanya berkaitan
dengan transformasi pembelajaran dalam konteks sosial di sekolah, melainkan
berangkat dari konteks sosial itu sendiri. Kapasitas pedagogi
tansformatif muncul dari sinergi antara ketersediaan sumber daya dan komitmen
untuk membawa proyek-proyek yang bermakna bagi komunitas manusia untuk hidup.
Dalam hal ini objek pedagogi transformatif mengambil dasarnya metodologi inovatif,
yang berperan sebagai artefak konseptual untuk menyeberangi batas-batas
strategi pembelajaran disatu sisi dan manajemen transformasi berkelanjutan pada
tingkat induvidu, kelompok, dan organisasi di sisi lain.
6. Multivarian Model
Teori pedagogi trasnformatif telah
bermetamorfosis menjadi banya varian antara lain teori model jaringan
integratif, teori model pembelajaran ekspansif, teori model penciptaan
pengetahuan, teori model praktis komunitas praktis, dan teori model bangun
pengetahuan.
7.
Membatasi Siswa
Belakangan ini pola interkasi guru dengan
siswa bukan hanya membatasi kesempatan sisiwa membuat dan mengkreasi
bahasa secara bebas, namun juga membatasi kemampuan siswa untuk terlibat lebih
jauh dalam belajar hingga tatanan kemampuan berpikirtingkat tinggi.
8.
Studi Longitudinal
Kerangka kerja membantu guru-guru memilih dan
mengembangkan strategi yang sesuai untuk apa mereka mengajar dan variabel gaya
pendekatan mengajar sesuai dengan latar belakang murid-murid mereka.
sumber: Pedagogi, Andragogi dan Heutagogi oleh Prof. Dr Sudarwan Danim
0 komentar:
Posting Komentar